Masa lalu tak bisa dilepaskan dari sebuah keberadaan yang pernah ada, keberadaan yang pernah kita ukirkan dalam menjalani hari, merangkai cerita nyata lewat sebuah interaksi dalam kehidupan. Kisah itu ada yang kita lupakan karena tak berkesan di benak kita dan ada yang kita simpan di memori pikiran kita sebagai arsip kehidupan, serta ada yang kita tuliskan sebagai sebuah lembaran perjalanan kehidupan.
Kita memang berjalan maju seperti waktu yang tak akan pernah mundur. Namun kita jangan lupa untuk menoleh ke belakang sesekali melihat jejak yang telah tercetak, melacak kembali langkah yang telah terukir, membaca kembali sejarah yang pernah kita tuliskan pada kehidupan. Ada sebuah kenangan di sana bersarang. Terkadang pahit dan terkadang manis. Jangan sampai semuanya terlepas dari benak, terlupa dari ingatan, karena dengannya kita bisa menertawakan diri kita, menilai diri kita ataupun menenggelamkan diri kita dalam lautan kerinduan akan masa lalu itu. Secara pasti semuanya tak akan terulang dengan kondisi yang sama dan mungkin saja terulang, tetapi dengan kondisi dan cerita yang berbeda. Karena sebuah lakon dalam sejarah tak akan ada yang sama dalam penceritaan.
Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membaca sejarah itu. Berkenalan kembali dengan tulisan-tulisan yang pernah kita tuliskan dengan membacanya adalah salah satunya. Satu persatu kita baca, membayangkan kembali kondisi dan situasi yang kita alami pada waktu itu ketika kita menuliskannya, karena apa yang kita tuliskan tak pernah lepas dari pengaruh suasana dan pengaruh yang melilit ketika kita menuliskannya.
Bercerita tentangnya kepada seorang pendengar, terkadang kita bertanya mengapa kita harus mengalaminya, mengapa kita harus berkubang dalam kenyataan yang telah lewat itu, ataupun mencoba berandai-andai tentang seandainya kenyataan itu seperti ini atau itu atau apalah namanya sesuai dengan keinginan kita. Tetapi, kita hanyalah bisa memberikan alasan mengapa bisa seperti itu, berargumen tentangnya dan mencoba mencari suatu pembenaran dari kenyataan yang telah kita alami. Itulah masa lalu yang tidak bisa kita sanggah kebenarannya. Walaupun semuanya mengumpul di pikiran, namun tak ada yang bisa kita sembunyikan tentangnya.
Seperti ketika kita membuka sebuah lembaran sebuah buku, membaca kisah-kisah dalam buku itu. Secara tidak langsung kita telah membaca sebuah sejarah yang dibuat oleh pikiran penulisnya. Alurnya tak harus teratur. Terkadang acak dan berpencar ke sana kemari, tetapi akhir dari sebuah cerita akan berhubungan dengan awalnya. Ketika kita sampai di akhir penceritaan, pikiran kita selalu mengajak diri ini untuk kembali ke awal penceritaan, membayangkan alur dan suasana di sekitar penceritaan hingga tiba kembali ke akhir cerita.
Aku mau berkata bahwa hampir sebagian besar manusia hidup seperti ikan. Ia berenang kesana kemari, menggerakkan siripnya untuk berbelok dan bermanuver. Mencari mangsa untuk bertahan hidup. Tetapi, adakah ia sadar bahwa ia hidup di dalam air? Adakah ia merasakan media air yang membuatnya bisa berenang dan bergerak dengan bebas? Mungkin ia baru merasakan adanya air itu atau membutuhkan air itu, kala ia terdampar di suatu daratan di pinggir pantai, kala ia tertangkap oleh jala nelayan ataupun tertangkap kala ia memakan umpan para pemancing. Mungkin hidup kita seperti itu. Tak sadar dengan rutinitas menyibukkan yang kita jalani sehingga melupakan keberadaan kita sendiri sebagai manusia. Sesuatu yang nampak jelas di hadapan kita, hanya kita definisikan sebagai yang tampak saja sebagaimana ia terlihat tanpa pernah menelusurinya sebagai sebuah keberadaan yang patut dihargai.
Dengan menoleh ke belakang, mungkin kita bisa menyadari keberadaan kita saat ini, menyadari napas yang kita hirup. Dengan melirik masa lalu, mungkin kita bisa menjadikannya sebagai sebuah pijakan untuk bisa melakukan sesuatu yang lebih baik lagi dari masa lalu itu, mengukir penceritaan sejarah yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Bukan sebaliknya!!
“Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah (Jas Merah)”, kata Bung Karno dalam pidato kenegaran terakhir ketika beliau menjadi Presiden RI. Sejarah di sana mungkin maksudnya adalah sejarah yang Indonesia pernah alami sendiri. Namun tak ada salahnya kalau kata-kata itu ditujukan buat diri sendiri hanya untuk sekedar menginstropeksi diri, agar semua yang telah lewat tak kita lupakan begitu saja ataupun hanya untuk mengenal dan mengetahui identitas kita sebagai manusia.
Apa yang kita alami, yang telah kita alami dan yang akan kita alami hingga waktu terhenti, semuanya pasti tercatat. Setiap orang memiliki sejarahnya masing-masing. Setiap orang akan mendengar sejarahnya sendiri diceritakan di hadapannya sendiri. Tak ada pembelaan yang bisa kita lakukan ketika semuanya diceritakan waktu itu. Kita hanya bisa mendengar dan mendengar satu persatu kenyataan yang pernah kita alami disingkapkan. Dengan penceritaan itu, kita menunggu sebuah penilaian baik atau buruk dari sejarah yang pernah kita torehkan pada kehidupan yang pernah kita lalui, menunggu sebuah keputusan yang akan menentukan kelanjutan hidup kita selanjutnya..... di hadapan-Nya.
Source Pic: Random Taken From Google
12 comments
Kita tak akan ada tanpa yang namanya sejarah.
mungkin seperti itu yah mas :)
tulisan yang sangat menarik.
karena semua itu Allah yang menentukan!sejarah ada untuk menciptakan kehidupan yang lebih baek dari masa lalu
'JAS MERAH'
sejarah layaknya kaca spion, sekali-kali hrs ditengok ke belakang, biar jlan qt ke dpannya lancar, trhindar dr bhaya, klo ditengok trs2an, ntar nabrak lg.. :D
mnolehlah ke belakang hanya ktika dirasa bnr perlu utk ditoleh.. :p
Kita tidak ada tanpa sejarah, tapi saya dulu smepat tak menyukai sejarah (baca:masa lalu) hanya karena ada kenangan pahit di sana but so far akhirnya saya mensyukuri dan sekarang senang mendengar cerita2 bersejarah kalau membaca masih malas, hehehhe
jangan sekali-kali melupakan sejarah :D
tapi malu kalo masa lalu berupa aib ^^ yang jelas sejarah untuk introspeksi diri kita yak :)
kmren adl sjarah
hri ini adl anugrah
smentara esok msh misteri
mnjdikn sjrh sbuah plajaran u/ Qta mnghdapi anugrah,,
agr dptny mnuai kindhan dlm sbuah misteri,..
nice post sobat !
Yaaa... begitulah kira-kira sejarah mengajarkan kita.. hehe :)
Iya.. semuanya Allah yang menentukan.. Selain itu, sejarah pun bisa menentukan identitas kita yang sebenarnya ketika kita mengetahuinya..
Analogi yang mantap.... serasa ditampar ama komentar yang seperti ini.. :D Tak berkutik selain mengucapkan kata sepakat.. :D
Gw demen ama komen loohh... hahaha.. :))
syukurlah kalau masih bisa mensyukuri... justru karena masa lalu yang seperti itu yang bisa membuat kita menjadi kuat dalam melangkah ke depannya..
wahhh.. lebih senang mendengar dongeng yaaa daripada membaca dongeng.. hehehe
Masa lalu berupa aib, kalo malu jangan diungkapin dan jangan diulangi lagi yaaa :D..
Yaaa... untuk sekedar mengintropeksi diri kita menjadi lebih baik lagi ke depannya... :)
I Like that sentence, "menjadikannya sebagai pelajaran dalam menghadapi anugerah untuk menuai keindahan dalam sebuah misteri"
Post a Comment
˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs