Recent Comments
Loading...
Recent Comments

Simpleton

26 September 2015


Apa yang sebenarnya sedang dipertontonkan di hadapanku? Apakah itu sebuah pencapaian yang belum bisa yang belum bisa jadi kenyataan? Jika itu sebuah harapan agar bisa meraih sebuah pencapaian yang sama dengan mereka yang sudah menggapainya, itu tidak akan menjadi masalah. Mungkin penyampaiannya saja yang tidak pada tempatnya. Tetapi jika itu hanya ingin menimbulkan rasa iri, tidak pernah terlintas dalam pikiran untuk bisa memelihara rasa kecewa karena belum bisa sejajar dengan mereka.

Sudah lama ketidakpedulian melekat pada diri sendiri dengan apa yang tertera pada diri seseorang, dalam artian tak ada yang namanya sistem kasta ketika bersosialisasi dengan siapapun. Namun, sekat batas itu selalu saja diusik oleh ulah mereka yang ingin mempertontonkan apa yang tidak ingin disaksikan. Mungkin bagi seseorang, pada dirinya melekat suatu kelebihan atau sesuatu yang normal bagi dirinya sendiri, tapi bagi pribadi sendiri itu hanyalah sebuah penilaian. Lebih atau kurangnya sesuatu pada diri seseorang tidak perlu dikoar-koarkan. Karena semakin dikoar-koarkan, akan semakin terlihat bodoh di hadapanku. Yaa, tapi bisa juga ini adalah sesuatu yang 'patut' dirayakan pada mereka yang belum mampu meraih seperti mereka meraihnya. Sebuah kebanggaan ataupun sebuah kekecewaan hanyalah sebuah penilaian. Belum tentu raihan itu akan membawanya pada sebuah kebaikan di depannya.

Jadi letak salahnya di mana? Tidak ada yang salah sebenarnya. Saya cuma mencoba bijak pada sebuah euforia yang berlebihan. Apapun itu, jika pikiran kita masih bisa diajak berpikir logis, tidak ada kebaikan dalam sesuatu yang berlebih-lebihan itu, apalagi yang berkekurangan. Menjaga sesuatu agar tetap seimbang itu bukan perkara mudah. Saat kita berkelebihan, terkadang kita malah lupa pada yang berkekurangan. Bahkan bisa jadi kita tidak lupa dan ada yang berada di antara kita yang berkekurangan itu. Tetapi terkadang bukannya dihargai agar terpacu, malahan lebih kepada menjerumuskan mereka agar semakin tetap berkekurangan. Demikian pula saat kita berkekurangan. Adalah manusiawi timbul rasa iri pada diri seseorang saat melihat sesuatu yang berkelebihan yang belum bisa dimilikinya sendiri. Tetapi apa pantas rasa seperti itu harus terus-menerus ada. Awalnya memang seperti itu, iri. Namun lambat laun semakin kita menyadari kemampuan dan kesanggupan diri sendiri, akan membuat kita sadar sendiri bahwa tak semua apa yang belum bisa kita raih, belum tentu tidak akan kita raih selamanya. Everyone have their own way to achieve what they need. Be wise to everything and the good thing will come by itself.

Lantas pertunjukan drama apa yang saya sedang dipaksa untuk menyaksikannya itu? Maaf.. Saya cuma bisa tersenyum kecut melihat pola tingkah laku mereka dalam menjalankan peran dalam sebuah euforia. Tak ada yang bisa dilakukan selain diam atau menjauh sejauh mungkin kalau bisa. Mereka cuma butuh hiburan, karena tanpa penonton, sebuah pertunjukan tak akan ada artinya sama sekali, sebagus apapun pertunjukan itu.

Simpleton as a called them is a bloody fool for me. It doesn't bring an effect to my life. Like Oasis said in their song, "We're all a part of the masterplan". This is maybe the way to guide someone to the better ways in the middle of euphoria about one achievement. This is not a self defense. Just hope to be wise about everything.

Source Pic: Random Taken From Google

2 comments

Reply Delete

kak sammmmm akhirnya aku berkunjung lagi kesini, senang sudah posting lagi..merindukan saat-saat dulu yah..tetap smngat. maaf oot dari postingan..pokoknya aku senang heningkara riuh lagi

Reply Delete

enak saya bacanya., salam kenal kak., :)

Post a Comment

˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs