Recent Comments
Loading...
Recent Comments

Membunuh Waktu Dengan Huruf "F"

21 December 2011

Awan Hitam Yang Menyeramkan

Menunggu itu pekerjaan paling membosankan bukan? Apalagi kalau saat jeda menunggu itu tak ada kegiatan sama sekali, ditambah dengan sunyinya suasana sekitar padahal banyak orang-orang di sekitar kita, rasanya menunggu itu memang mutlak menjemukan. Tak ada cengkrama yang terdengar, maupun tawa dan canda dari mereka. Semua lelucon sepertinya sudah habis diperdengarkan dan tak ada bahan cerita lagi untuk meramaikan suasana. Ini mungkin efek dari sebuah kebersamaan yang terus-menerus berlangsung dari hari ke hari, melaluinya dengan sebuah rutinitas yang sama, yakni kerja. Mengubah suasana seperti itu, ternyata membutuhkan kreativitas tersendiri. Kita harus pandai-pandai mencari sebuah bahan untuk meramaikan suasana dalam kondisi ini. Salah satu tujuannya adalah untuk membuat kita dan mereka-mereka yang berada di sana menjadi akrab satu sama lain.

Siang itu cuaca sedang tak bersahabat. Awan kelabu menaungi, angin bertiup cukup kencang, ditambah dengan dinginnya udara yang menusuk tulang pada saat itu. Perlengkapan perang untuk menghadapi kondisi itu sebenarnya sudah terpasang di tubuh masing-masing. Ketika kita sedang beraktivitas, semua kendala alam itu bisa kami lupakan sejenak hanya untuk menyelesaikan tugas kami di hari itu. Tetapi ketika kita sedang berdiam diri dalam artian menunggu sesuatu untuk memulai kembali aktivitas itu, rintangan alam itu menjadi sebuah musuh besar yang harus ditenangkan dengan beradaptasi dengannya.

Waktu itu, tersiar kabar dari pusat bahwa mesin adonan pasir itu sedang rusak dan dalam tahap perbaikan. Truk-truk yang biasa mengangkut hasil adonannya itu pun masih mengantri di sana untuk diisi. Kondisi ini memaksa kami untuk tetap berdiam diri di sini, di medan perang aku menyebutnya, untuk selanjutnya menunggu intruksi dari komandan lapangan, apakah harus lanjut mengejar target harian, atau berhenti untuk dilanjutkan kembali di esok hari. Ini bukan kejadian yang pertama kalinya, dan waktu yang tak menentu ini biasanya bisa berlangsung lama, tergantung dari jenis kerusakan yang terjadi.

Sepertinya orang-orang mulai pada lelah. Aktivitas yang sudah berlangsung dari pagi hari itu, telah menguras energi yang banyak dari mereka. Sebagian besar mulai tertunduk lesu menunggu. Ada yang menggigil meringkuk menahan dingin, ada yang terhanyut dengan hisapan rokoknya, ada yang menikmati seruputan sisa kopi di pagi hari, ada yang terlena memainkan jari-jarinya pada tut handpone, ada yang terbuai oleh alunan musik lewat sebuah earphone di telinganya dan ada yang sedang bercengkrama dengan bahasa yang tak kumengerti. Sedang diriku terdiam di samping salah satu teman yang biasa membantuku menyelesaikan pekerjaanku, menikmati cakrawala yang sedang suram ditutupi oleh awan kelabu. Bukit-bukit yang biasanya terhampar indah di sekitar lokasi itu, tak nampak pada siang itu. Hari itu, tak biasanya teman saya yang satu ini terdiam. Biasanya dia selalu mempunyai bahan cerita untuk menghangatkan suasana di jeda waktu seperti ini. Aku pun memeras otak memikirkan cara untuk mencairkan suasana yang kaku oleh keterdiaman.

Sembari menyaksikan keterdiaman orang di sampingku itu, pikiranku melayang pada beberapa hari yang telah lewat sebelumnya. Situasinya sama, yakni menunggu dengan alasan yang sama. Yang membedakannya dengan hari ini hanyalah cuaca. Cuaca pada hari sebelumnya itu cerah, dan penuh dengan senda gurau oleh orang-orang di sekitarnya. Saya akui kalau niat belajar teman saya yang satu ini sangat tinggi. Waktu jeda yang seharusnya dipakai dengan bebas semau diri ini, malah digunakan untuk belajar. Aku hanya memperhatikannya di saat ia sedang berkreativitas sendiri dengan apa yang dipelajarinya. Dengan pulpen di tangan kanan, aku pun mulai menggambarkan sesuatu di jempol tangan kiriku, dan yaa aku menggambarkan sebuah wajah manusia di jempol tangan kiriku. Tiba-tiba ia menceletuk memecah kesunyian, menyadarkanku dari aksi membunuh waktu yang kulakukan. "Sam, come here..!!!" teriaknya. Aku pun berlari menghampirinya, dan sesampainya di dekatnya, ia berkata, "this is good or very good??". Waktu pertama kali bertemu dengannya, aku sendiri dibuat aneh dengan bahasanya. Di saat orang lain selalu bilang 'good or no good', teman saya ini malah selalu bilang "good or very good". Tetapi lama-kelamaan aku harus menerima kenyataan bahwa maksud yang disampaikannya itu adalah 'good or no good'. Dengan sigap, aku pun merespon pertanyaannya sambil mengacungkan jempol kiri yang sudah saya lukis dengan wajah manusia tadi, "yeahh, good..." sambil menggerak-gerakkan jempol kiriku pertanda satu pujian padanya. Tetapi, ia malah tersenyum dan terus memperhatikan jempol yang kuacungkan tadi. Tawa pun pecah darinya. Keseriusan pun berubah menjadi ketidakseriusan. Malah sebaliknya, ia malah minta dipinjamkan pulpen yang saya miliki. Aku pun memberikannya dan dengan lincah ia juga mulai melukis jempolnya dengan pulpen yang saya berikan itu. Setelahnya, ia pun menunjukkan jempolnya dan berkata, "which one is good, yours or mine?". Sambil terus melongok apa yang kusaksikan, mencoba menahan untuk tidak tertawa, tapi tak bisa. Akhirnya akupun terkekeh-kekeh dibuatnya, terus membayangkan apa yang baru saya saksikan. Lama baru bisa aku mengendalikan diri untuk kembali berbicara.

Click To Open

Kejadian itu selalu membuatku tertawa sendiri ketika mengingatnya. Angin yang mulai bertiup kencang, yang merasuki tubuh ini melalui celah yang tak terlihat dari perlengkapan perang yang kukenakan, membuyarkan semuanya. Tetapi, suasana di sekitar masih sunyi senyap. Aktivitas yang terlihat masih sama seperti di awal ketika sebelum memikirkan kejadian di hari yang telah lewat sebelumnya. Aku pun memulai pembicaraan untuk mengusir sunyi di dingin hari itu. Tahu kalau teman saya ini bisa bahasa Perancis, akhirnya aku pun memberanikan diri untuk minta diajari berhitung dalam bahasa Perancis. Ketika aku bertanya, ia pun melafalkan satu demi satu angka dalam bahasa perancis, "un, deux, trois, quatre, cinq, six, sept, huit, neuf, dix..." (satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh...) Ketika ia ingin terus melanjutkan ke angka selanjutnya, saya pun memotong perkataannya, "wait the minute... let me spell first from one until ten". Ia pun mempersilahkan diriku untuk melafalkannya.

"one is ang, right?"
"yes..."
"two is de, right?"
"yes..."
"three is troa, right?"
"yes..."
"four is kat, right?"
"yes..."
"five is seng, right?"
"yes..."
"six is sis, right?"
"yes..."
"seven is set, right?"
"yes..."
"eight is wit, right?"
"yes..."
"nine is nefp, right?"
"ehhhmmmm....."

Sesampai di angka sembilan ini, ia tidak langsung membenarkan, malah menyuruhku untuk mengulang angka sembilan. Aku pun mengulangnya, "nefp..". Sekali lagi, katanya. "nefp..." Sekali lagi. "nefp..". Sekali lagi. Aku pun setengah berteriak padanya, 'nefp....'. Akhirnya ia pun mensalahkan pengucapan nefp-ku, dan mulai mengucapkan kata yang benar,

"nef..."
"yeah, is 'nefp', right?"
"nef..."
"nefp..."
"nef..."
"nefp..."

Selang beberapa lama kemudian selagi beradu 'nef' dan 'nefp', ia mulai menjelaskan kalau pengucapan sebenarnya itu tidak memakai huruf 'p' tetapi 'f', dan pengucapan yang sebenarnya adalah bibir bawah harus ditarik mundur ke belakang sambil dikatupkan setengah dengan ujung bawah gigi bagian atas. Dengan susah payah, akhirnya saya pun berhasil mengucapkan 'nef..." dan ia pun membenarkannya. Berkali-kali saya mengulang kata itu agar lancar. Kemudian aku berlanjut ke angka sepuluh, "ten is dis, right?". Ia pun membenarkan secepat ketika saya mengucapkan kata satu sampai delapan.

Pelajaran itu tak berhenti sampai disitu. Saya ingin bisa lancar melafalkannya. Jadilah, angka satu sampai sepuluh itu saya ulang-ulang terus. Tetapi, ketika sampai di angka sembilan, yang selalu terdengar di telinganya malah 'nefp' bukan 'nef'. Kembali aku mengulang dari angka satu sampai sepuluh. Hasilnya, yang terdengar olehnya selalu berhenti di angka sembilan, dan terus mensalahkan pengucapan 'nefp' ku.

"Don't use 'p'", katanya.
"Iya.. iyaa... nefp kan?"
"Noooo... nef"
"nefp.."
"Nooooo... neffffffffff", suaranya mulai meninggi.
Tak mau kalah, aku pun menyaingi nada suaranya, "Nefpppppppppppppppp".
"Nooooo... neffffffffffff".
"Ah bodo' ah, kan udah saya sebutin, Nefppppppppp". Tak sadar aku pun mengucapkan bahasa orok yang tak dimengerti olehnya.
"Nooooo... neffffffffff".

Semakin lama, aku pun semakin menceracau dengan bahasa yang tak dimengertinya. Dan ketika terdengar kata 'nefp' ditelinganya, ia selalu mengkoreksinya. Walaupun aku berbisik agar tidak terdengar olehnya ketika mengucapkannya, ia tetap mengkoreksinya. Kurang ajarrrrrrr... Akhirnya aku pun pergi meninggalkannya. Capek disalah-salahin melulu. Mau belajar yang benar, malah disalah-salahin terus. Kalau pengucapan kata sudah tak bisa diubah lagi, yaa mau bagaimana lagi. Tetapi, tetap saja ia selalu mensalahkannya, bahwa bibir bawah itu harus ditarik ke belakang sambil dikatupkan setengah dengan ujung bawah gigi bagian atas.

Huff...Aku pun menarik nafas dalam-dalam. Aku lupa pada siang hari yang suram, pada dingin yang membekukan seluruh persendian tubuh, pada awan kelabu yang tebal yang tidak mencurahkan hujan, pada letih yang mulai mendera, dan pada bukit-bukit hijau di balik awan kelabu itu. Yang terngiang di pikiran saya waktu itu hanyalah, ternyata selama ini aku tak bisa mengucapkan huruf 'f' dengan baik. Tetapi tetap saja aku tidak terima. Dalam hati pun aku pun berteriak, "PITNAHHH... kalau saya tidak bisa mengucapkan huruf 'F'....!!!!"

54 comments

Reply Delete

hahahahahaha
nefffffff....
nefffffff....
=))

Reply Delete

saaaaaam. . .udah ne"F"p tetapi kenapa blakangnya pppppppp =)) =))

Reply Delete

hehehee...iya nih, pernah ketemu orang yg melafalkan 'F' dengan P. Terus "ns' jadi 'ng (misal: rinso--->ringso)..

Reply Delete

huahahahah~
orang sunda kah???
nefffff

Reply Delete

wkwkwkwk hazihi pitnah pitnah..g bs hurus f toh sam...

Reply Delete

menunggu adalah sebuah cobaan dalam bentuk kesabaran yang sedang diberikan Tuhan,tergantung bagaimana kita mengisi waktu luang tsb dengan kegiatan atau tanpa kegiatan,kita lah yang menentukannya

Reply Delete

ha ha ha.... kirain Nep.. kunjungan balik ditunggu kak Sam...

Reply Delete

hahahahahaaa.... ini mestinya dibaca pas sedang kursus bahasa, bahasa belanda ya. #nebak2

Reply Delete

hahahahahha.. jadi intinya belajar bahasa prancis itu bikin emosi yaa sam.. :))

P ama F emang beda tipis, hahahahahaha.. untung nama dhe gk ada F nya.. coba kalo nama dhe Fitri, pasti ntar brubah jadi Pitri.. :D

Reply Delete

sudah ane tebak bakalan jokes huahahahha mantap dah sobat "nefffffff" nefpppppp

Reply Delete

hahahahaha... ngakak guling-guling baca postingan ini. masa' sampe aku sendiri ngomong "nef" berkali-kali kayak orang gila -___-"

ternyata bahasa perancis itu pengucapan dan tulisannya buwwwwwweda banget yaaa.. jauuhhh

Reply Delete

"Nefp."
"Nef."
"Nefp."
"Nef!"
"PITNAAAH!"
*cekikikan*
:D

Reply Delete

Waduh..parah, gimana mau bisa nerima huruf f kalo "fitnah" saja pake "pitnah", parodi yang bagus. :D

Reply Delete

permisi, cuma ngasih tau. kamu kena tag di blog saya :)

http://noervous.blogspot.com/2011/12/ketika-blogmu-kena-tag-ya-suudahlah.html

Maaf sebelumnya ya, gamaksa koq :D

Reply Delete

menunggu memang membosankan,love,peace and gaul.

Reply Delete

Owh ternyata belajar mengeja angka dlm bahasa perancis...
judulnya sangat menjual banget...

Reply Delete

kaya orang sunda aja ga bisa bilang F
*padahal guanya sendiri sunda*

Kunjungan perdana, salam kenal.k

Reply Delete

kalo yang dix bacanya gimana gan.. :D

Reply Delete

Ahahahahha... gmana yah?! Hahahhahh

Reply Delete

Maksudnya 'Pitnah kalau saya tidak mengucapkan hurup EP' :D

Eh, dah follow yah, ditunggu foll backnya lho ... ^__^

http://mugniarm.blogspot.com

Reply Delete

he he he ada aJa ........

bikin ngikik ndiriii...

like this

Reply Delete

hahha...
blogwalking saat insomnia,
cukup menghibur dengan "F"nya..
:D

"good or very good?" <-- entah kenapa suka kalimat ini.
^^

Reply Delete

ga kok, udah kedengaran neff kok, cuma telinga yang mendengarkannya saja yang agak sensitif terhadap huruf 'p'...

Reply Delete

pasti ada orang cadel macam itu, tapi kalo yang baru menyadarinya sete;ah sekian lama justru langka orang yang seperti itu... termsuk diriku.. :))

Reply Delete

lain sunda, cuma lama pernah berdiam diri di tanah sunda, jadinya yaa ikut-ikutan kebiasaan urang sunda....

Reply Delete

jadi cuma telinga yang sensitippp :p

Reply Delete

bukan ga bisa, bisa sebenarnya cuma selalu terdengar 'p' ketika bilang 'f'... :))

Reply Delete

sepakat bro... sepertinya mensibukkan diri itu memang fenting sekali.. :)

Reply Delete

bukan siafa-siafa sam. . .numfang lewat saja sefertinya :p

Reply Delete

heheheh.... kunjungan baliknya menyusul...

Reply Delete

Bahasa Belanda???? wkwkwkwkkw... =)) :)), jadi ngakak sengakak ngakaknya.... udah ditulis bahasa perancis, malah bahasa belanda...apa hubungannya?? :D

Reply Delete

bukan bikin emosi, gurunya yang bikin emosii... rahang udah keram, masih disalah-salahin juga..hahahha

huruf kalo diucapin sih beda jauh, tapi kalo udah jadi satu kata, apalagi kalo letakknya di akhir.. udah dehhh... jadi masalah besarr...hahahha

Reply Delete

tebakan yang mantafffff.... :D

Reply Delete

wkwkwkkw....sya juga ga berhenti ngulang kata 'nef' sampai lancarr, tapi tetap aja yang selalu kedengaran malah 'nefpp'... :D

iya buwwweeeda banget... sampai2 harus goggling buat tau tulisan aslinya tuh kaya gimana....wkwkwkwkkw

Reply Delete

tapi itu beneran kamu kesulitan ngucapin huruf "F"? bukannya kalo bahasa bugis itu justru banyak ya kosakata pake huruf F nya,
misalnya Fuang... O.o *mohon di koreksi kalo aku salah yahh*

Reply Delete

ga beneran kok, cuma itu pengucapan hurufnya aja yang lebay.... masa' sampai harus segitunya baru bisa jelas dan di mengerti... ini cuma masalah dialek saja, dan lagipula itu bukan bahasa saya, makanya rada susah ngucapin dengan benar...

fuang???? :)) =))... baru dengar tuh kata... kalo yang itu ga pake 'f', tapi murni 'p', "puang"... hahahahahaha....

Reply Delete

aku membayangkan dirimu tertawanya ikhlas sekaliiii :( *hiks*

Reply Delete

:D tertawa kok ikhlas.... lepas mungkin iyaaa.. :))

Reply Delete

tertawalah sebelum tertawa itu dilarang...:D

Reply Delete

hahahha... namanya juga mencari pembenaran... :D

Reply Delete

kena musibah berarti yaaa... :D

Reply Delete

siapa bilang membosankan... Pitnahhhh... :))

Reply Delete

heheheh.. menjual??? tapi sesuai kan dengan isinya?? yang ini bikin pusing ga???

Reply Delete

sapa bilang orang sunda ga bisa ngomong 'f'?? Pitnahhhhh...:))

Reply Delete

maaf gan, pembahasannya sampai 'neuf' aja, 'dix' ga masuk hitungan... :))

Reply Delete

keram rahang =))
kayak gak ada penyakit lain aja :))

Reply Delete

emang pengen gitu penyakit lainn????... baru kali ini ngedenger ada orang pengen sebuah penyakitt... yang bener aja ahhhh... :d

Reply Delete

wkwwkkwkwkw.... maksudnya?? :D

Reply Delete

wkwkwkkw... diperparah penyebutan 'f' nya jadi 'ep'... :))

follback-nya udah mbak... :)

Reply Delete

heheheh... Tapi ini kenyataan lohh... :D

Reply Delete

Alhamdulillah yaa kalau menghibur.. :)

hah???:o ada apa dengan kalimat itu?? emang sih kalimat itu penanda kalau tidak mau dibilang jelek, adanya bagus atau lebih bagus, dan kalo ngomongin jangan sampai kedengaran teman saya yang itu yaaa... bakalan disalah-salahin juga nantinya.. :))

Post a Comment

˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs