Lama tak bercengkrama dengan benak sendiri. Ketika ia ingin kusapa, benakku berkata, jalan-jalan yuukk... Aku menemukan sesuatu di sana. Di sana terdapat lorong-lorong semu yang menuju sebuah perkampungan wawasan. Tak terhitung berapa banyak penghuninya. Kita mungkin pernah memasuki satu per satu kediaman mereka, tetapi itu bukan berarti bahwa kita telah mengetahui semua isi dalam rumah mereka ataupun telah mengetahui berapa jumlah mereka. Mungkin sekarang ini mereka sedang tertidur lelap dibuai mimpi. Tak baik kalau kita hanya berdiam diri di sini berbicara tentangmu dan tentangku. Kita masuki satu persatu rumah mereka diam-diam. Kita amati isinya dan kita nikmati sesuai dengan pikiran kita. Semoga secercah ilmu bisa nyangkut di benak dan kita jadikan inspirasi buat melangkah di kemudian hari.
Aku sendiri belum mengenal jalan-jalan di kampung itu, belum tahu apa isi rumah warganya secara keseluruhan, tapi aku yakin bahwa banyak harta karun yang terpendam di sana, yang mungkin saja pemiliknya sendiri tidak tahu kalau hartanya itu bisa menjadi sumber inspirasi kita dalam berkarya. Mereka membangun rumah mereka sesuai dengan keinginan mereka tanpa ada aturan yang mengikat. Tetapi, justru karena itu mereka bisa bebas berkreasi dan berkarya dalam mengisi dan menghias rumah mereka, mewujudkan imaji mereka di dalam rumah itu. Melalui sudut pandang kita, kita bisa memberikan penilaian tentangnya, tapi hanya sepihak karena kita tidak punya hak untuk membenarkan dan menyalahkan penilaian kita, karena itu bukan milik kita. Penilaian kita pun hanya sebatas penilaian. Dan tentang respon yang akan diberikan oleh si pemilik rumah, itu hak mereka untuk memuji, mencaci ataupun tidak merespon penilaian kita.
Beragam cerita bisa kita temui di setiap tempat yang kita singgahi. Ada cerita tentang pengalaman pemiliknya, tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan pemiliknya. Cerita itu terkadang berupa tulisan, terkadang berupa gambar, ataupun perpaduan antara gambar dan tulisan. Di sana kita juga bisa menemui beragam perpaduan warna yang menghiasi rumah mereka, dan mereka melakukan semua itu demi kepuasan pemiliknya sendiri. Tetapi ada juga yang tak peduli dengan warna pekarangan mereka karena mungkin mereka yang seperti ini lebih fokus pada suguhan yang dihidangkannya.
Terkadang kita dibuat iri olehnya karena kita menginginkan bagian dari rumah mereka yang kita tidak miliki. Dan kita tidak memilikinya bukan karena kita tidak mau, tetapi mungkin kita dibuat kebingungan tentang cara meletakkannya di rumah kita sesuai dengan keinginan kita. Iri kita ini tidak hanya sebatas pada aksesorisnya. Terkadang suguhan mereka juga membuat kita iri, karena kita tidak bisa menyajikan suguhan yang sama ataupun melebihi dari mereka. Sepertinya iri seperti ini adalah hal yang lazim, bukan iri yang menyebabkan mereka terjatuh, tetapi iri karena kita ingin terpacu seperti mereka. Seperti kata pepatah, rumput di halaman tetangga selalu terlihat lebih hijau daripada rumput di halaman sendiri. Ketika ada yang mempertanyakannya kenapa, cukup kita menjawab karena hal yang lumrah kalau manusia itu tidak pernah merasa puas dengan apa yang dimilikinya.
Semoga saja mereka tak menganggap kita ini maling. Karena kita hanya menikmati apa yang mereka suguhkan secara diam-diam, dan juga tak ada aturan kalau si pengunjung harus melapor dulu ke si pemilik, baru bisa menikmati suguhan itu. Semoga saja itu semua menjadi bagian dari tata krama yang diajarkan secara alami oleh dunia yang melingkupinya.
"Sepertinya sudah cukup satu lembar. Jadi gimana, jadi jalan-jalannya?" kata yang berbisik.
"Gak sekarang ah, lain kali saja atau kapan-kapan aja.... Sekarang saya mau tidur aja ah, capek..." kataku.
"yoo wess.. aku BeWe ae dewean..." katanya.
"wess.. budhal kono... aku tak turu sek...." kataku...
"Zzzzzzsstttttt....". I-)
Aku sendiri belum mengenal jalan-jalan di kampung itu, belum tahu apa isi rumah warganya secara keseluruhan, tapi aku yakin bahwa banyak harta karun yang terpendam di sana, yang mungkin saja pemiliknya sendiri tidak tahu kalau hartanya itu bisa menjadi sumber inspirasi kita dalam berkarya. Mereka membangun rumah mereka sesuai dengan keinginan mereka tanpa ada aturan yang mengikat. Tetapi, justru karena itu mereka bisa bebas berkreasi dan berkarya dalam mengisi dan menghias rumah mereka, mewujudkan imaji mereka di dalam rumah itu. Melalui sudut pandang kita, kita bisa memberikan penilaian tentangnya, tapi hanya sepihak karena kita tidak punya hak untuk membenarkan dan menyalahkan penilaian kita, karena itu bukan milik kita. Penilaian kita pun hanya sebatas penilaian. Dan tentang respon yang akan diberikan oleh si pemilik rumah, itu hak mereka untuk memuji, mencaci ataupun tidak merespon penilaian kita.
Beragam cerita bisa kita temui di setiap tempat yang kita singgahi. Ada cerita tentang pengalaman pemiliknya, tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan pemiliknya. Cerita itu terkadang berupa tulisan, terkadang berupa gambar, ataupun perpaduan antara gambar dan tulisan. Di sana kita juga bisa menemui beragam perpaduan warna yang menghiasi rumah mereka, dan mereka melakukan semua itu demi kepuasan pemiliknya sendiri. Tetapi ada juga yang tak peduli dengan warna pekarangan mereka karena mungkin mereka yang seperti ini lebih fokus pada suguhan yang dihidangkannya.
Terkadang kita dibuat iri olehnya karena kita menginginkan bagian dari rumah mereka yang kita tidak miliki. Dan kita tidak memilikinya bukan karena kita tidak mau, tetapi mungkin kita dibuat kebingungan tentang cara meletakkannya di rumah kita sesuai dengan keinginan kita. Iri kita ini tidak hanya sebatas pada aksesorisnya. Terkadang suguhan mereka juga membuat kita iri, karena kita tidak bisa menyajikan suguhan yang sama ataupun melebihi dari mereka. Sepertinya iri seperti ini adalah hal yang lazim, bukan iri yang menyebabkan mereka terjatuh, tetapi iri karena kita ingin terpacu seperti mereka. Seperti kata pepatah, rumput di halaman tetangga selalu terlihat lebih hijau daripada rumput di halaman sendiri. Ketika ada yang mempertanyakannya kenapa, cukup kita menjawab karena hal yang lumrah kalau manusia itu tidak pernah merasa puas dengan apa yang dimilikinya.
Semoga saja mereka tak menganggap kita ini maling. Karena kita hanya menikmati apa yang mereka suguhkan secara diam-diam, dan juga tak ada aturan kalau si pengunjung harus melapor dulu ke si pemilik, baru bisa menikmati suguhan itu. Semoga saja itu semua menjadi bagian dari tata krama yang diajarkan secara alami oleh dunia yang melingkupinya.
"Sepertinya sudah cukup satu lembar. Jadi gimana, jadi jalan-jalannya?" kata yang berbisik.
"Gak sekarang ah, lain kali saja atau kapan-kapan aja.... Sekarang saya mau tidur aja ah, capek..." kataku.
"yoo wess.. aku BeWe ae dewean..." katanya.
"wess.. budhal kono... aku tak turu sek...." kataku...
"Zzzzzzsstttttt....". I-)
Source Pic: Random Taken From Google
33 comments
wkwkwk kak sam...otak ku ngak konek malam ini, tulisan mu hening dan berat besok saya balik lagi mencermati kata demi kata ..#tepok jidat
*Gagal pertamax eiuy!!!*
Hwahhh.. sukak deh baca postingan inii. langsung mudhenk soale. hahaha :))
Hmmm... Aku lelah berbicara tentang mereka. Aku lelah mengikuti apa mau mereka. Aku ingin kembali hanya berbicara tentangku dan tentangmu. Karena ini rumahku, dan aku yang berkuasa *mulai deh egoisnya* =))
Tapi semoga suatu saat bisa kembali menyapa dia, dia, dan mereka, juga kamu. kamu yang itu ;)
wow~ kan sudah jalan-jalan XD
percakapan terakhir, ahahahaha itu apa sih? +____+
ahahahahahaha. . .
sam. . .suruh ngatos2 kalo budhal :))
sare sam sare wkwkwkwkwkwk
walaah, komen pertama dhe kok ilang sih sam?? hmm :(
Ini pengalaman plesiran benak ya apa saya yang ngantuk jadi agak sulit mencernanya? #tepok jidat# Pulang dulu ya Sam ... mata saya makin berat. Kapan2 balik sini lagi :)
http://mugniarm.blogspot.com
bismillah
award for you,
http://nurmayantizain.blogspot.com/2012/01/award-berantai-seven-shadowz.html
^^
Aku ga ngerti masss... hueeeehhh...
"Semoga saja mereka tidak mengganggap kita ini maling"
kurasa begituu karena mereka membiarkan pintunya terbuka,.. akhirnya kita masuk dan menikmati suguhan yang ditawarkan karena suguhan itu kadang sering melenakan hati,.. untungnya sampe tak membuat lupa pulang macam bang toyib :D
Ooooohhh ini tentang blog to?
*Bolak-balik baca keinget ujian Nasional
-memahami-
mengerutkan dahi..
Kata-katanya terkesan sgt dahsyat.. :p
aku paling mudeng malah yg 3 kalimat percakapan terakhir... hihihi..
@Sam
Award for you http://kaitokidd.blogspot.com/2012/01/award-berantai-seven-shadowz.html
kok jadi makin rame aja yang bilang berattt...hahahah :)) #ikutan tepok jidat
suka karena langsung ngerti...hahaha alasan yang bagusss :-bd
hmmm... kenapa aku ga mikirin sisi egoisnya si blogwalker ya?? kayanya bagus juga tuh jadi pembahasan di sini, lumayan buat nambah-nambahin postingan.. :D atau mungkin karena saya ga egois, jadi ga kepikiran sama sekali.. 8-> :))
Aamiin, semoga saja yaaa... :)
jalan-jalannya ditunda untuk sementara waktu, soalnya ada badai ngantuk menyerang... :))
Percakapan terakhir, saya terjemahin 3 kalimat terakhir aja yaaa:
"ya udah... aku BeWe aja sendirian..." katanya.
"ya udah... berangkat sana... aku mau tidur dulu..." kataku...
"Zzzzzzssttt...". I-)
:D
terimakasih karena telah terinspirasi oleh komentar sayahh <<< pede banget nih orang. :))
Amiiinn... Pemanasan dulu kalo gitu yakkk []==[] :p
terima kasih kembali... tapi hanya sebatas komentar saja... ga apa-apa kan?? :D
hahahah... smiley angkat barbelnya ga munculll wkwkwkwkw...:))
wkwkwkkw teu ngarti... bener-bener pengacauuu... list pengacau di sini tambah satu lagii...hahahah :))
iya nihh.. percobaan gagal :((
eeehhh ahahahahaha ngapunten2 sam. . .:))
hilang?? :O komen yang mana yaaa??? di email juga ga ada komentarnya Dhe selain yang ini... :o
Pleserian benakkk...hahahhaha.... ya udah.. ditunggu kedatangannya kapan-kapan di sini Mbak... :D
huooo~ itu artinya~ *ternyata tidur itu jadi nomor 1 ya =D
tidur bukan nomor 1 tapi nomor 4... :)
:D
thank you... akan segera dikarungin... :D
8-}
supaya ngerti harus gimana yaa... :)
akhirnya ada yang ngerti juga.. :D
sering melenakan hati karena kita tak memilikinya.. dan pastinya kita tak akan pernah lupa untuk pulang.. karena yang lupa untuk pulang cuma bang toyib.. :D
akhirnya sampai pada kesimpulan yang benar... :)
mengerutkan dahi tapi jangan lupa untuk tepok jidat... :D
wow... dahsyat... sebegitunyakah??? :-/
paling mudeng??? Dirimu pasti orang Jawa... :))
Post a Comment
˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs