Recent Comments
Loading...
Recent Comments

Menyingkap Objek

27 September 2012

Fokus

Setidaknya ketika menyaksikan sebuah objek, selalu ada penilaian sekilas yang terlintas tentangnya. Begitu juga ketika memfokuskan pandangan atau imaji terhadap sebuah objek, setidaknya membahasakan objek itu bisa dilakukan. Namun apa jadinya jika ada satu objek yang cuma bisa membuat diam seribu bahasa ketika ingin membahasakannya? Memfokuskan diri dengan sebuah pandangan ataupun bayangan, serasa melakukan hal sia-sia. Tak satu pun kata yang tersusun. Ini bukan hal baru, tetapi usaha sudah hampir sampai pada kata menyerah. Dan akhirnya, terkadang saya berkesimpulan, 'memang sulit'.

Cuma sesaat... Terkadang cuma sesaat. Itu cuma meredupkan semangat sesaat saja. Lambat laun ia akhirnya hilang juga layaknya bau kentut yang awalnya menyengat namun akhirnya zatnya bisa berbaur kembali dengan udara yang biasa kita hirup. Setelahnya, usaha untuk memfokuskannya kembali pun muncul lagi. Dan memang, sepertinya kelihatan lebih mudah dari yang sebelumnya. Namun, kata 'sulit' itu masih saja tetap ada.

Ketika membayangkannya, harus mulai dari mana melukiskannya. Tak ada pijakan yang bagus untuk memulainya. Bukan tak ada, tetapi belum ketemu dengan pijakan yang diinginkan. Setelahnya... Pikirkan nanti saja. Bukankah menyelesaikannya perlahan-lahan itu lebih baik? Selama masih hinggap di pikiran, objek itu tak akan kabur ke mana-mana, maka ada baiknya menjaga baik-baik sebuah ingatan.

Dari mana awalnya sehingga bisa berkenalan dengan objek itu? Nampaknya ia muncul sepintas lalu, namun ia berhasil digenggam oleh ingatan untuk kemudian memenjarakannya. Baguskah?? Dalam kondisi ini, penyiksaan yang terasa. Setelah mereguk nikmatnya dari awal, adalah saatnya melepaskannya. Mengusirnya ataupun membebaskannya pun tak mudah. Penyiksaan itu pun lahir. Dan akhirnya berdamai dengannya adalah solusi yang bagus saat ini.

Mungkin sinar mulai meneranginya kembali. Penglihatan pun bersorak menyaksikan apa yang ingin disaksikannya. Tubuh pun lunglai tak bisa mencibir lagi. Namun, sinar itu perlahan-lahan mulai semakin terang. Entah datang darimana kapasitas yang diperolehnya. Ada yang membantunya untuk menyilaukan penglihatan. Ada yang menginginkannya untuk menjauh. Bukan dengan cara ini, ini malah membutakan. Sesuatu yang berlebih itu selalu membutakan. Syukur ketika masih bisa berucap seperti itu. Itu semacam kesadaran yang melahirkan kekakuan. Hanya bisa berucap.

Lantas bagaimana kalau tidak usah fokus pada objeknya? Fokus pada sekitarnya saja. Mungkin itu lebih baik, toh objek yang sebenarnya masih bisa tercakup di dalamnya, namun kadar perhatian padanya tak seintens sebelumnya. Setidaknya, sekitarnya masih bisa bercerita tentangnya walaupun tak seperti yang diinginkan. Mungkin sekitarnya bisa membantu memahami objek yang di maksud.

Sudah selesai?? Belum, akan ada lagi....

Source pic: taken random from google

14 comments

Reply Delete

fokus... fokus...
emang sekitar bisa jadi fokus?
hmmm *mikir

Reply Delete

Objek itu lagi kupenjarakan, untuk dicerna dulu, kayaknya malam ini belum ada jawaban.. hehe

Reply Delete

Fokus. Titik. selebihnya sebelumnya pandangi saja dulu terus :)

Reply Delete

betul betul betul..kalo nggak bisa fokus sm objeknya fokus aja sm yg ada disekitarnya ^^

Reply Delete

Wow... Susun strategi yang matang klo begitu... Biar jawabannya memuaskan... :d

Reply Delete

Kalo dipandangi terus, bisa juling nantinya... :d

Reply Delete

Sippp... :-bd dua-duanya kalo bisa... :d

Reply Delete

Lebih prefer untuk fokus pada objeknya, karena sekitar itu ibarat noise dan gangguan fokus. :))

Reply Delete

Ini salah satu contoh noise-nya.... :))

Reply Delete

loh kok gak konsistenn... objek ato sekitarnya?

Reply Delete

Ga ada aturan untuk konsisten kok.... :d

Post a Comment

˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs