Kau pernah mendengar kata absurd? Kata itu terlalu indah wujud aksaranya, tetapi tidak demikian dengan maknanya. Banyak yang bilang kalau absurd itu berarti sebuah kehampaan, tidak merasakan apa-apa tentang sesuatu, ataupun sebuah omong kosong belaka. Mungkin ada rasa yang ingin mendekat, tetapi kita menolaknya karena dorongan di dalam diri kita menghendakinya demikian dan sudah mencap buruk bahkan omong kosong terlebih dahulu. Atau bisa juga kita menerimanya dan membiarkannya begitu saja tanpa terasa apa-apa. Seperti apa dorongan itu melemahkan diri ini sehingga berani berkata absurd?
Seperti di suatu hari, baru saja diri ini tenggelam dalam waktu yang tidak biasa. Sangat jarang saya lakukan dan tak tahu kapan terakhir kali melakukannya. Waktu yang tidak biasa ini adalah ‘menikmati pagi’. Merasakannya dengan berceloteh sendiri di dalam pikiran menghadirkan dialog demi dialog. Kedengarannya seperti kurang kerjaan, tetapi mungkin itu bisa disebut sebagai absurditas bagi orang lain yang menilainya, karena yang menilai itu tak bisa menerobos ke dalam lorong-lorong dialog itu hadir. Mereka cuma berhenti pada dialog itu ketika mereka mengetahuinya, dan pada umumnya tak akan mau masuk menghadirkan tanya kenapa dan darimana dialog itu muncul.
Ini mungkin yang disebut dengan pengetahuan kulit kacang. Pengetahuan yang cuma bersandar pada kulitnya semata, tanpa pernah tahu kacang itu rasanya seperti apa. Bahkan ketika membuka kulitnya, cuma biji kacangnya yang tampak. Sekali lagi, pada tahap ini pengetahuan itu masih berupa kulit kalau kesatuan kulit kacang dan isinya itu kita sebut sebagai kacang. Tetapi ketika kita mengecap kacang itu melalui indera pengecap itu, barulah saat itu kita mengetahui kacang yang sesungguhnya.
Absurd itu juga tak jauh dari kemungkinan-kemungkinan yang belum bersifat pasti. Penilaian yang hadir hanya sebatas pesan masuk akal saja. Pesan itu semacam hiburan untuk mencari sebuah pembenaran dari sebuah penilaian. Semuanya berproses begitu saja melalui siklus yang cepat tanpa kita tahu kapan dan bagaimana bisa hadir dengan sekejap mata. Namun, tingkat mutu dari semua itu bergantung dari kapasitas yang dimiliki oleh alat yang dimiliki untuk melakukan semua proses itu dan kualitasnya.
Dalam melakukan sesuatu, adakah kita sering mempertanyakan untuk apa semua ini kita lakukan? Bagi seorang ‘robot’, pilihan dari jawaban pertanyaan itu mungkin cuma satu, dan bisa saja jawaban itu adalah karena sudah tidak ada pilihan lagi. Jawaban sekilas “Sudah tak ada” itu, saat itu juga langsung membunuh yang namanya kreatifitas yang ada di dalam diri, yang mungkin belum kita gali maksimal, atau mungkin belum kita kenal sama sekali. Tetapi bagi seorang manusia, mungkin jawabannya bisa bervariasi, sesuai dengan kebutuhannya masing-masing saat itu ketika menjawabnya. Dan jawaban yang paling mengesalkan itu adalah “I don’t want to tell you”.
Ketika sampai di sini, merunut kembali ke atas, saya menemukan terlalu banyak kata ‘mungkin’ yang saya tuliskan. Kata itu sepertinya kata yang paling ampuh untuk mengelak dari sebuah penilaian yang salah. Kau tidak akan pernah berkata “ini salah atau itu salah”, jika dalam penjabaran sebuah alasan ataupun pembelaan itu termuat kata "mungkin", kecuali kau sudah mengetahui faktanya lebih dulu seperti apa. Jika fakta yang telah kau ketahui lebih dulu, berarti kau berhak menjabarkan sebuah alasan balik untuk membenarkan kesalahan yang telah diputuskan sebelumnya. Semuanya bertujuan satu, yakni saling meyakinkan agar tak ada yang dirugikan. Konflik bisa saja terjadi di tengah-tengah proses itu, tetapi asal jangan semuanya berakhir pada kata “whatever”.
Kalau masih ada yang menganggap semua ini adalah absurd, maka lebih baik kita berhenti “berjalan” saja. Kita berjalan itu untuk menjauh dari sebuah keabsurdan. Langkah kita itu semuanya berawal darinya. Langkah kita itu memang selalu maju ke depan, menurut pandangan mata kita. Tetapi, kita tidak tahu apakah langkah itu benar berjalan maju ke depan, atau malah telah berbalik arah menuju awalnya kembali. Mata mungkin bisa memanipulasi pandangan kita dan apa yang kita saksikan dengan mata kita di depan itu, belum tentu mengarahkan kita menjauh dari absurditas. Tetapi bisa saja kita kembali padanya dan yang lebih buruk lagi menikmatinya tanpa pernah mau beranjak dari sana.
Seperti di suatu hari, baru saja diri ini tenggelam dalam waktu yang tidak biasa. Sangat jarang saya lakukan dan tak tahu kapan terakhir kali melakukannya. Waktu yang tidak biasa ini adalah ‘menikmati pagi’. Merasakannya dengan berceloteh sendiri di dalam pikiran menghadirkan dialog demi dialog. Kedengarannya seperti kurang kerjaan, tetapi mungkin itu bisa disebut sebagai absurditas bagi orang lain yang menilainya, karena yang menilai itu tak bisa menerobos ke dalam lorong-lorong dialog itu hadir. Mereka cuma berhenti pada dialog itu ketika mereka mengetahuinya, dan pada umumnya tak akan mau masuk menghadirkan tanya kenapa dan darimana dialog itu muncul.
Ini mungkin yang disebut dengan pengetahuan kulit kacang. Pengetahuan yang cuma bersandar pada kulitnya semata, tanpa pernah tahu kacang itu rasanya seperti apa. Bahkan ketika membuka kulitnya, cuma biji kacangnya yang tampak. Sekali lagi, pada tahap ini pengetahuan itu masih berupa kulit kalau kesatuan kulit kacang dan isinya itu kita sebut sebagai kacang. Tetapi ketika kita mengecap kacang itu melalui indera pengecap itu, barulah saat itu kita mengetahui kacang yang sesungguhnya.
Absurd itu juga tak jauh dari kemungkinan-kemungkinan yang belum bersifat pasti. Penilaian yang hadir hanya sebatas pesan masuk akal saja. Pesan itu semacam hiburan untuk mencari sebuah pembenaran dari sebuah penilaian. Semuanya berproses begitu saja melalui siklus yang cepat tanpa kita tahu kapan dan bagaimana bisa hadir dengan sekejap mata. Namun, tingkat mutu dari semua itu bergantung dari kapasitas yang dimiliki oleh alat yang dimiliki untuk melakukan semua proses itu dan kualitasnya.
Dalam melakukan sesuatu, adakah kita sering mempertanyakan untuk apa semua ini kita lakukan? Bagi seorang ‘robot’, pilihan dari jawaban pertanyaan itu mungkin cuma satu, dan bisa saja jawaban itu adalah karena sudah tidak ada pilihan lagi. Jawaban sekilas “Sudah tak ada” itu, saat itu juga langsung membunuh yang namanya kreatifitas yang ada di dalam diri, yang mungkin belum kita gali maksimal, atau mungkin belum kita kenal sama sekali. Tetapi bagi seorang manusia, mungkin jawabannya bisa bervariasi, sesuai dengan kebutuhannya masing-masing saat itu ketika menjawabnya. Dan jawaban yang paling mengesalkan itu adalah “I don’t want to tell you”.
Ketika sampai di sini, merunut kembali ke atas, saya menemukan terlalu banyak kata ‘mungkin’ yang saya tuliskan. Kata itu sepertinya kata yang paling ampuh untuk mengelak dari sebuah penilaian yang salah. Kau tidak akan pernah berkata “ini salah atau itu salah”, jika dalam penjabaran sebuah alasan ataupun pembelaan itu termuat kata "mungkin", kecuali kau sudah mengetahui faktanya lebih dulu seperti apa. Jika fakta yang telah kau ketahui lebih dulu, berarti kau berhak menjabarkan sebuah alasan balik untuk membenarkan kesalahan yang telah diputuskan sebelumnya. Semuanya bertujuan satu, yakni saling meyakinkan agar tak ada yang dirugikan. Konflik bisa saja terjadi di tengah-tengah proses itu, tetapi asal jangan semuanya berakhir pada kata “whatever”.
Kalau masih ada yang menganggap semua ini adalah absurd, maka lebih baik kita berhenti “berjalan” saja. Kita berjalan itu untuk menjauh dari sebuah keabsurdan. Langkah kita itu semuanya berawal darinya. Langkah kita itu memang selalu maju ke depan, menurut pandangan mata kita. Tetapi, kita tidak tahu apakah langkah itu benar berjalan maju ke depan, atau malah telah berbalik arah menuju awalnya kembali. Mata mungkin bisa memanipulasi pandangan kita dan apa yang kita saksikan dengan mata kita di depan itu, belum tentu mengarahkan kita menjauh dari absurditas. Tetapi bisa saja kita kembali padanya dan yang lebih buruk lagi menikmatinya tanpa pernah mau beranjak dari sana.
6 comments
absurd..trs nisbi..kira beda tipis gak?
#catat.. catat.. sering dengar, tapi belum paham kata absurd. :D
terima kasih buat infonya gan...semoga terus memberikan info2 terbaik lainnya,, like it
kaya'nya beda jauh deh... :D
hahaha.. saya juga ga terlalu paham sebenarnya, ini cuma definisi sepintas saja alias definisi ala sayaa... :D
sama-sama... walau komnetarnya 'absurd'.. :D
Post a Comment
˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs