Hening, hari ini kembali kita berkawan malam ketika mata tak bisa diajak berdamai dengannya. Pada saat itu semua kata-kata bisa meluncur, terangkai menjadi kalimat-kalimat membahasakan makna dari berbagai kejadian dan dari berjuta pikiran yang berkecamuk tak terarah. Malam ternyata tak sepi seperti dirimu, ia hanya begitu tenang berjalan tanpa penghuni, berbisik kepadanya yang sedang terlelap dan tanpa suara menemani semua yang sedang terjaga.
Ia berteman suara alam yang katanya merdu, berteman keluhan dari mereka yang dilibatkan masalah oleh siang hari, berteman dengan kumpulan pemabuk yang ingin mengakhiri kesuntukan bersamanya, berteman dengan para penjudi yang mengadu nasib dengan keberuntungan ataupun berteman dengan maling-maling yang mengendus rejekinya secara sembunyi-sembunyi di jalan yang salah. Cuma kita tak merasakannya seperti ia merasakannya ketika kita sendiri tak sadar akan keberadaan kita dihadapannya.
Kadang ia begitu terang ketika langit sedang bertabur bintang ataupun ketika hari sedang purnama. Kita menganggapnya ia sedang tersenyum ataupun bahagia pada saat itu, tapi kita tak pernah mengungkapkan sebabnya karena apa, karena kita punya alasan masing-masing untuk membahasakannya sesuai dengan ikatan rasa yang kita miliki terhadapnya. Tapi hening, ia juga kadang begitu gelap ketika langit sedang diselimuti awan hitam atau kabut. Kita merasakan gelapnya, tapi di balik sesuatu yang menyelimutinya di atas sana, ia lebih sering bercengkrama bersama bintang-bintang dengan sinarnya. Tapi adakah ia sedih atau marah pada saat itu pada manusia. Entahlah, kita hanya bisa tersenyum sambil mempertanyakan pertanyaan konyol ini tanpa pernah mendapatkan jawaban pasti darinya karena kita yang merasakan sesuatu yang berbeda tentangnya.
Seperti malam sebelumnya, aku disadarkan oleh suara adzan subuh untuk mengakhiri cenkrama dengan malam waktu itu. Tetapi malam ini, aku tidak membuat malam sesepi malam sebelumnya. Alunan lagu Iwan Fals berjudul Intermezo yang bercerita tentang malam menemaniku membahasakan tentangnya malam ini.
Ia berteman suara alam yang katanya merdu, berteman keluhan dari mereka yang dilibatkan masalah oleh siang hari, berteman dengan kumpulan pemabuk yang ingin mengakhiri kesuntukan bersamanya, berteman dengan para penjudi yang mengadu nasib dengan keberuntungan ataupun berteman dengan maling-maling yang mengendus rejekinya secara sembunyi-sembunyi di jalan yang salah. Cuma kita tak merasakannya seperti ia merasakannya ketika kita sendiri tak sadar akan keberadaan kita dihadapannya.
Kadang ia begitu terang ketika langit sedang bertabur bintang ataupun ketika hari sedang purnama. Kita menganggapnya ia sedang tersenyum ataupun bahagia pada saat itu, tapi kita tak pernah mengungkapkan sebabnya karena apa, karena kita punya alasan masing-masing untuk membahasakannya sesuai dengan ikatan rasa yang kita miliki terhadapnya. Tapi hening, ia juga kadang begitu gelap ketika langit sedang diselimuti awan hitam atau kabut. Kita merasakan gelapnya, tapi di balik sesuatu yang menyelimutinya di atas sana, ia lebih sering bercengkrama bersama bintang-bintang dengan sinarnya. Tapi adakah ia sedih atau marah pada saat itu pada manusia. Entahlah, kita hanya bisa tersenyum sambil mempertanyakan pertanyaan konyol ini tanpa pernah mendapatkan jawaban pasti darinya karena kita yang merasakan sesuatu yang berbeda tentangnya.
Seperti malam sebelumnya, aku disadarkan oleh suara adzan subuh untuk mengakhiri cenkrama dengan malam waktu itu. Tetapi malam ini, aku tidak membuat malam sesepi malam sebelumnya. Alunan lagu Iwan Fals berjudul Intermezo yang bercerita tentang malam menemaniku membahasakan tentangnya malam ini.
Katanya malam sepi, ternyata malam tak sepi. Malam katanya sama, ternyata malam tak sama. Di desaku, di kotamu memang ada malam. Di hatiku di hatimu malam memang ada. Namun malammu tak sama malamku. Namun hatimu tak sama hatiku. Pahamkah kau ceritaku tentang malam. Malam di desaku nyanyi jangkrik merdu. Malam di kotamu hanya keluh kesah bertalu. Malam di hatiku tetap gelap tak terang. Malam di hatimu gelap jadi bumerang. Syukur.... (Iwan Fals - Intermezo)
16 comments
Met malam sobat .. Malam kita semua ..^^
Dan, dari malam semua berjalan, dari malam semua keluar dari peraduan, sungguh malam yang mengerti semuanya..
hehe..iya bener :D
saya malah berpikir malam bisa disimpan dalam toples, someday kalo kita butuh "malam" bisa di ambil dalam toples *ngomong apa saia
salam persahabatan gan ane permisi follow
ditunggu ya follow baliknya
sampaikan salamku untuk malam-malam di kotamu.
*mendadak sy ingat, sepertinya ada yg pernah menjanjikan kartu pos untuk saya. :D
keajaiban malam.......great
dan semoga malam ku sama dengan malamnya meski begitu jauh, didunia ini yang paling jauh bukan langit dan bumi tapi sangat jauh jika ia dihadapanku dan ia tak tau kalau hati ini mendambanya :(
malam...menyimpan berjuta kisah berbeda dari makhluk brnama manusia.
Selamat malam jugaa... :D
Dan yang pasti malam itu waktu untuk tidurr..
ngemil dengan sajian malam dalam toples dalam gelap... habis malam terbitlah pagi
...
Malam lagi bertabur bintang ketika kusampaikan salammu padanya. Satu bintang menyeringai geli melihat tingkahku menyampaikannya....:D wkwkwkwkwkw.....
** UUUUpppppsssss... Janji setahun yang laluuu.. Saya masih ingat dan saya kira situ udah lupa....sabar yaaa... ditunggu sajaaa.....
thanks broo... hope you feel the night like or more than that I feel :)
Coba ceritakan pada malammu.. mungkin ia akan menyampaikan kisahmu padanya lewat malamnya... :)
terima kasih sudah menjejakkan diri di sini...sering-sering yaaa.... malam yang tenang saat manusia sedang terlelap, ia merangkai kisah manusia sepanjang hari yang dilewatinya dan mereka yang berbaur dengannya yang membahasakannya...:)
Post a Comment
˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs