Recent Comments
Loading...
Recent Comments

Selintas Waktu, Sesingkat Sapa

28 August 2011


Kamu tahu apa perbedaan dahulu sama sekarang? Dahulu kita masih berusaha saling mengenal satu sama lain, bercengkrama, bercanda satu sama lain. Betapa indahnya masa-masa itu dalam ingatan. Masa-masa di mana kita tak saling mengetahui tentang kelebihan dan kekurangan kita satu sama lain, masa-masa di mana kita tak pernah terpikirkan untuk bisa menilai kebaikan dan keburukan satu sama lain, dan masa-masa di mana kita masih hangat saling menyapa tentang hidup yang dijalani, tentang persinggahan yang membuatku bercerita kepadamu ketika aku kalap dalam meretas jalan. Semua itu adalah cengkrama yang kau dan aku hadirkan. Dan aku merasa tenang melakukannya. Ketika aku bosan, aku pun pergi mencari sesuatu yang lain untuk menghibur diri, namun engkau tahu aku pun akan kembali kepadamu, bercerita kembali tentang petualangan dan pengembaraan yang kualami, demi untuk menggali dan menemukan makna dari jejak langkah yang kulalui. Memang, terkadang hampa dan sia-sia ketika rasa dan pikiran tak bisa menyatu mengalahkan nafsu keinginan dalam diri ini, karena nafsu itu terkadang lebih cenderung ke salah satu dari rasa atau pikiran itu. Ia tak pernah sendiri, seperti aku dengan kamu, namun sebisa mungkin aku dengan bantuanmu ingin lepas dari kungkungannya, mencari jalan yang terbaik untuk menuntunku ke langkah selanjutnya.

Itu dahulu, hening, ketika aku yang tak kreatif menamakan diamku, sunyiku, heningku, sepiku, keterasinganku ataupun kesendirianku dengan 'hening' yang aku gabungkan dengan 'kara' menjadi 'heningkara'. Kata itu tak pernah ada sebelumnya, dan tak bermakna apa-apa sebelumnya. Aku hanya mencoba mendefinisikan interaksi dalam sunyi dalam satu kata, dan dengan angkuhnya aku menemukan nama itu yang seharusnya perpaduan dua kata, yakni 'hening' dan 'kara'. Kini engkau telah bernama, dan seharusnya aku dengan mudah bercengkrama denganmu, walaupun cuma dengan sapaan singkat. Namun, yang terjadi sekarang ini, aku sering terlena dalam duniamu, membuat duniamu menjadi semacam tempat tongkrongan yang tak berarti apa-apa, karena aku mengacuhkanmu dengan kesibukanku menghubungkan duniamu dengan dunia kreasi manusia-manusia lainnya yang serupa denganmu. Tak seharusnya aku memaksakan hal ini, karena dengan begitu, aku merasa sebuah ketulusan akan hilang, sebuah kreatifitas akan karya akan menyusut dan sebuah kerinduan akan makna akan menjelma menjadi sebuah kelalaian yang berbalut lupa. Yang seharusnya ada adalah biarkan semuanya mengalir seperti air, karena jika mereka ingin mengenalmu, mereka tentunya akan datang dengan kesadaran sendiri dan mencoba mengerti dirimu dalam sapaan.

Sekarang, mungkin aku telah mencoreng dirimu dengan menghadirkan sebuah kesempurnaan makna menurut kamus sempurnaku, di mana tak semua orang akan sependapat dengan hal ini, karena mereka yang dengan pendapatnya, ada yang mencaci secara halus dan terdengar seperti bisikan, dan ada juga yang memuji setinggi langit menurutku. Dari sana, tentunya aku bisa menilai bahwa apa yang dikatakan oleh mereka patut aku pertanyakan tentang ketulusan dan kejujuran berucap dalam menyapa. Ini hanyalah permasalahan waktu saja, saat kebenaran dari penilaian itu terungkap dengan jelas di depan diriku dan dirimu. Lalu, apa kita harus menunggu kebenaran itu, untuk bisa mengoreksi diri dan berbuat yang lebih baik?? Kalau iya, aku ingin mengajakmu tertawa terbahak-bahak sejenak menertawakan mereka yang berkata iya, karena sebenarnya aku tak pernah sependapat kepada mereka yang lebih cenderung mengedepankan omongan orang lain dalam melangkah dan berbuat.

Memang, dalam hidup ini kita butuh nasehat, tapi bukan berarti semua omongan orang harus kita jadikan sebagai nasehat, karena mereka pun makhluk yang tak pernah luput dari kesalahan, dan juga terkadang mereka pun makhluk yang hanya bisa menilai hanya dari satu sisi permsalahan, yakni hanya dari sudut pandangnya dan dengan kegilaannya mengabaikan sudut pandang si empunya masalah itu sendiri. Terkadang aku mengatakan sebuah kegilaan dari sebuah omongan, tentunya bukan konotasi arti gila yang sebenarnya, karena tak ada yang mengerti tentang kegilaan seseorang selain diri mereka sendiri. Oleh karena itu, mari kita ukur tingkat kegilaan kita sendiri, sudah sampai taraf manakah kegilaan kita?? hahahha...

Hening, selama ini aku selalu mengadukan apa yang kulihat, kudengar dan kurasakan padamu sebagai kawan, karena denganmu aku berusaha untuk jujur menjelaskan apa yang kupahami, menceritakan apa yang ku mengerti. Dunia luar begitu banyak kebaikan yang berselimut kebohongan, karena itu pula kepercayaanku padanya kembali mulai menciut ketika aku berusaha berpegang pada nilai-nilai yang masih kupercaya kebenarannya. Dalam dunia pikiran, di mana seharusnya engkau berada, kita berusaha membangun dunia khayalan yang penuh dengan kesempurnaan menurut tata cara kesempurnaan kita, apapun itu karena kitalah penguasanya di dalamnya. Ketika kita mengungkapkannya dalam sebuah bahasa dalam sebuah ruang, banyak penilaian pun akan lahir dari mereka-mereka yang mencoba mengakrabimu. Dari sana, ada yang menganggapnya sebuah kemunafikan yang berbungkus kata-kata indah atau anggapan sebuah pengeksistensian diri hanya untuk mendapat pengakuan super wahhh dari mereka yang senang melontarkan puja dan pujian pada sebuah tulisan karena ada maksud terselubung atau tidak, yang menguntungkan atau tidak... Entahlahhhhh karena aku sendiri tanpa hening pun tak pernah peduli dengan hal-hal yang seperti itu, dan aku ingin mengembalikan kepada mereka untuk menyimpan hal-hal yang seperti itu dalam diri mereka saja, tak usah diungkapkan karena hal itu tak berarti sama sekali. Kalaupun hanya sekedar sebuah apresiasi, seperti biasa kita memang selayaknya berterima kasih dengan apresiasi itu, hanya untuk mempererat sapa yang ingin terjalin. Sesingkat sapa aku menyebutnya, ketika cuma hal itu yang terucap.

Biarlah semua penilaian tentang kebaikan, keburukan, kemunafikan, kejujuran, kebohongan, anggapan riya, kesombongan, keangkuhan, dan semua penilaian-penilaian yang lain, yang terkadang dalam anggapan kita tak sesuai dengan apa yang kita baca dan alami, kembali kepada Sang Pemilik Kehidupan ini. Karena hanya Dia seharusnya yang pantas menilai tentang apa yang kita lakukan, tentang apa yang kita hadirkan, tentang apa yang kita lukiskan. Kita, sebagai manusia hanya bisa menilai sebatas kata yang tertulis ataupun kata yang terucap. Kita tak pantas untuk menjudge mutlak sesuatu tentang apapun itu. Kalaupun ada, biarkanlah ia menjadi sebuah pendapat yang relatif yang suatu waktu bisa mendapat sanggahan. Kita mencoba untuk belajar menerima ketika ingin menerima, dan menolak ketika ingin menolak, dengan memaksimalkan daya analisis kita terhadap sesuatu itu.

Whatever...

22 comments

Reply Delete

Huufftt...aku dr kemarin nyoba komen di sini kok ga bisa2 yah mas....hiks...aku ga terdepak kann..dr blog heningmu ini...hahahaha
maaf ya mas..kalo aku jarang main ke sini...soalnya...sebulan ini aku emang jaraaang bgt bewe....speecless buat komen...wakakakakkk
Eh..kata2mu masi sperti biasa yah mas..misterius..tapi dipostingan kali ini..semisterius apapun itu...aku ga berharap sama sekali buat jd tokokoh utama di sana ahhh...hahahaha....^___^

Reply Delete

haloo heningkara...

ini tulisan kau bilang tidak karuan?? hmmm..kalau aku mengira ini salah satu tulisan ter-apa adanya dari seorang Sam. *tak usah hiraukan penilaianku. hahahaa..

eniwey,.. selamat berpuasa hari terakhir di tahun ini :)

Reply Delete

ga' tau deh msti coment apa.. mski ssma pcinta 'hening', nmun dngkalny pmikiran sya tak snggup mnyibak mkna dibalik keindhan HENINGKARA dlm bruntai kta,..

oh ya, krn lebaran udh dket, skalian mo ngucpin minal aidzin wal faidzin,,
mhon m'af lhir & btin ats sgl khilaf yg prnh ada,..

smg yg nmany prbedaan tak mmutuskan tali prshbtan yg prnh trjalin ...

Reply Delete

Dunia ini kadang kala terasa kosong,,,
kosong apabila tak di isi dengan ketulusan,
kosong apabila tidak diisi dengan kejujuran,,
TAPI, ketika dunia terasa hening banyak hal yang dapat terjadi,
dunia terasa teduh dan hanyut terbawa suasana,,
ia hening bukan karena takut,
ia hening jga bukan karena malu pada langit,
tetapi ia hening karena tak ingin dirinya menjadi bagian yang kosong disisi dunia yang kelam...
..........^_^.............
Mohon maaf lahir dan batin ya....ga harus nunggu lebaran kan ??
hahahaha,,,

Reply Delete

Kata-katanya selalu membuat kagum, penuh tanya...

Eid Mubarok.. Pinta maaf segala khilaf...

Reply Delete

Bahasa asiik, meski kadang harus dibaca ulang. Siip... Salam bloofers....
Mari sama-sama berkarya lebih baik, hehe...

Reply Delete

Yaahh,, kan ku coba menyapa dan mengenalNya, mengenalmu, mengenal semua dalam hening..bahasanya indah dan mantap dah..Met lebaran ya..salam

Reply Delete

kata-katanya bener bener deh... @_@ hening dan menghanyutkan...tetep aja masih perlu dibaca 2 kali buat ngerti kata2 seperti ini :)
keren mas

Reply Delete

Hening,
dulu aku sempat ngira kalo Heningkara di facebook itu perempuan, hehe
tulisannya bagus... seperti ada rasa hening di sana :D

btw, sudah ku follow ^^
dan mau tanya, cara pasang chat bloofers itu gimana ya? makasi

Reply Delete

Terima kasih yaaa.... :)

Cara pasang chat bloofers, buka link ini aja... Di sana lebih jelas langkah-langkahnya... :)

Reply Delete

Terima kasih yaaaa... kembali menuai pujian lagi... ini si pemilik Sahabat Hati kan yaa??? Met lebaran juga deh kalo gitu.. walaupun lebarannya belum waktunya..hehehe...

Salam.

Reply Delete

terima kasih yaaa.... membuat kagum?? wowww... separah itukah saya dalam berkata-kata... penuh tanya lagi... hahahahha....

Eid mubarak juga... mohon maaf lahir batin juga yaaa maasss..... :)

Reply Delete

Halo juga Popcorn... hehehehe

Iyaaa.. aku bilang tulisan ini tidak karuan, ga tau kenapa kalau dirimu bilang ini bagus atau "ter-apa adanya" dari diriku.... hahahha.. semoga bukan sekedar pujian yaaa... hahahhaha.... :D

Waktu aku balas komen ini, puasa terakhir tinggal sejam lagi.. hehehe... jadi aku ngucapin Minal Aidin Wal Faizin aja yaaaa.... Mohon maaf lahir dan batin...maafin segala salah yang terlontar baik di sengaja ataupun tidak selama ini... Semoga kita semua bisa kembali fitri di lebaran kali ini

Reply Delete

Kok ga bisa yaaa??? ahhhh... gara-gara kelamaan ga main ke sini kali...hahahahah ato bisa juga karena kebanyakan salah ama sayaaa...wkwkwkwkkw....

Misteriusssss?????? kok bisa kaya gitu yaaaa??? terus di sini kebetulan udah ga butuh toko utama lagi karena udah adaa... kalo toko pemeran pembantu ada...kayanya cocok tuh buat dirimu.... hahahahahhahah

piss... ^|o|^

Reply Delete

Nahh... tuh bisa komen..:D

Jangan terlalu merendah kawan.. bukannya setiap komentarmu bisa membuatku menguras pikiran untuk membalasnya, jadi tak hanya sekedar berucap sepakat atau tidak sepakat terhadap sebuah tulisan yang kita baca... Itu semua adalah pembelajaran untuk bisa membuat kita menjadi lebih baik lagi..

Maaf lahir batin juga yaaa.... maafin juga saya belum bisa berkunjung ke catatan sederhana-mu sebanyak intensitasmu berkunjung ke blog Heningku.... Semoga dirimu tidak menyangka bahwa dengan intensitasku yang tidak sebanding dengan intensitas kunjunganmu di sini adalah semacam memutuskan tali persahabatan karena perbedaan... karena terlalu picik bagiku kalau cuma masalah perbedaan sehingga kita harus melahirkan perpecahan...

Reply Delete
rie ramadhaanie 23 January, 2013 12:32

amiiiiinnn..

pastinya terapa adanya disini merupakan sesuatu yang baik insyaallah,.tulisan yang sangat 'Sam' menurutku. hehehe...

minal aidin wal faidzin jugaaakkkk.. mohon maaf lahir batin yahh :)

Reply Delete

iyaaaa....terima kasih yaaaaaa.....hahahahha.... kok aku haus pujian gini yaaa...wkwkwkwkwkw

maaf lahir batin juga yaaaaa..... :)

Reply Delete

Terima kasih yaaa..tapi maaf bikin bingung karena harus berulang-ulang bacanya biar bisa ngerti...:D

Semoga kita-kita bisa berkarya yang lebh baik lagi, dan tidak membingungkan...hahahah

Reply Delete

Terima kasih yaaa.... aku nge rasa tulisan kali ini ga karuan karena aku pun ga bisa langsung ngerti kalo saya baca lagi... dari judul, paragraf pertama dan paragraf terakhir sepertinya ga singkron juga... hahahah... tetapi seperti yang saya bilang di akhir.. whatever... :))

Reply Delete

Benar sekali yang Iin katakan.... karena akupun sering merasakan hal yang demikian... kadang terasa kosong dan hampa tak berasa apa-apa... ibaratnya hidup segan mati tak mau.. hahahah tapi sebisa mungkin kita yang merasakannya tak membiarkannya kosong...kita isi dengan renungan, bukan dengan lamunan yang berujung kosong juga, tetapi renungan pencarian makna... hahahhaa.... wah banget yaaaa kata-kataku....hahahah...

duhhh.... kalo kata udah terucap yaaa apa boleh buatt.... terpaksa ngucapin maaf lahir batin-nya harus mendahului hari H Idul Fitri-nya hahahah.... Minal Aidin wal Faizin yaaa...

Reply Delete

hahaha... yg penting niat.a bkan kpan ngucapin.a,,,hehehe ^_^ *lebay dikit...
too,,

Reply Delete

sekalian aja niat ngucapinnya pas tahun baru besokk... hahahahhahahahahaha

Post a Comment

˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs