Recent Comments
Loading...
Recent Comments

Huruf Sebatas Pembenaran

11 October 2011

Galaxy Eclipse

Haruskah semuanya aku tumpuk padanya, tak beraturan dan berceceran di mana-mana? Sebatas yang aku pahami, dalam bentuk dan lekukan yang berbeda, aku bisa membedakannya dan memastikan jumlahnya. Namun terkadang ada di antara mereka yang menduplikasikan diri entah sampai berapa banyak. Malam ini aku mengakui bahwa aku tak bisa merangkainya. Aku lebih memilih menceritakan ketidakmampuanku merangkainya daripada merangkainya sendiri.

Sebelumnya aku pernah berbicara tentang sebuah ruang, dan aku tak mau berbicara tentang ruang itu lagi di sini. Ruang itu sudah penuh sesak dengan tumpukan harapan dan cita-cita, dan aku tak pernah ragu untuk menambahnya ketika aku mengatakannya sebagai sebuah ruang multidimensi. Bukan ruang itu yang kumaksud di mana mereka yang berceceran dan tak beraturan itu berada. Dan aku tak mau menyebut kata 'ruang' buat mereka, karena keberadaan mereka akan selamanya ada saat kita pertama kali mengenalnya. Kita hanya butuh menyatukannya dalam satu media. Merangkainya dan membentuknya menjadi satu kesatuan yang kita sebut sebagai sebuah karya. Selanjutnya, silahkan diputuskan sendiri, apakah untuk dinikmati sendiri atau dinikmati bersama-sama.

Entah sudah berapa lama aku selalu melirik padanya. Saat ini, 'keinginan' tak menguatkan hasratku untuk bisa mulai merangkainya. Aku hanya bisa membayangkan suatu rangkaian daripadanya yang telah tersusun dan bisa terbaca serta penuh makna. Namun sayang, itu cuma nyata di alam khayalku saja. Tak henti-hentinya aku berharap bahwa suatu saat aku ingin merangkainya dengan mudah ketika ingin merangkainya.

Terkadang ia begitu mudah untuk kita satukan dan merubahnya menjadi satu bentuk sesuai dengan kehendak kita. Namun, aku yakin pasti bahwa kemudahan itu timbul karena satu pemicu dari luar yang tidak berada padanya untuk bisa bercerita. Ketika kemudahan yang kita sebut itu sebenarnya ada, kita pun terkadang mempersulitnya. Ini terjadi karena kita selalu menyesuaikannya bukan hanya karena melibatkan keinginan kita, tetapi justru melibatkan mereka yang seolah-olah selalu berperan sebagai hakim dalam bentuk yang kita hasilkan itu. Adakah yang salah dengan pikiran yang memudahkan itu? Semuanya bisa terbebas ketika diri sendiri yang tahu, tetapi tindakan akan membatasinya, karena ada rambu-rambu yang harus kita patuhi untuk mendapatkan suatu penghakiman. Entah apa yang di maksud dengan penghakiman itu. Semuanya punya definisi masing-masing tentangnya, keinginannya masing-masing tentang sebuah penilaian.

Secara tak sadar, aku mulai merangkainya. Di depan mataku, ia bermunculan satu per satu membentuk kata per kata. Entah sudah berapa banyak bentuk dan lekukan berulang yang aku torehkan. Tatapanku tak memperdulikannya. Suatu saat, torehan itu pasti akan berhenti pada satu titik. Perhentian itu bukanlah sebuah jalan buntu, dan juga bukan pula menandakan ketidakmampuanku lagi menghadirkan bentuk demi bentuk lainnya. Aku ingin menyebutnya sebagai sebuah kecukupan yang terangkai dari awal sampai perhentian itu. Kecukupan di mana sebuah kombinasi bentuk yang sempurna telah tercapai saat waktu berhentinya itu.

Keluhan... inikah yang dinamakan keluhan? ketika kita bisa bercerita tentang sesuatu yang tidak bisa kita lakukan. Ah... jangan berkata 'tidak bisa', dan kalau bisa tolong kata 'tidak bisa' itu dihapus dari kamus kehidupan ini. Zaman bisa maju bukan karena mereka yang berkata 'tidak bisa', tetapi mungkin mereka yang terkadang berkata 'belum saatnya' dan terus melanjutkannya, mewujudkan ketidakbisaannya menjadi sesuatu yang nyata di depan matanya. Anggap itu hanya suatu penghibur bagi mereka yang sering berkata 'tidak bisa'.

Semoga saja ini bukan keluhan karena aku tak mau mengatakannya demikian. Aku hanya mencari pembenaran dari apa yang tak mampu kulakukan. Pembenaran itu terdapat pada alasan yang kuat, bukan dengan kebimbangan atau keraguan.

Source Pic: Random Taken From Google

13 comments

Reply Delete

jangan anggap keluhan, anggaplah sebuah renungan berkata-kata.. :) salam.

Reply Delete

awalnya aku sulit menangkap apa maksudnya.
tapi pas baca sampai habis mulai tahu arahnya kemana.

sukses untuk semua aktifitasnya..
pasti bisa..

salam

Reply Delete

semua keterbatasan dilawan dengan sebuah tekad!
sumanga bozz..

#eh? :D

Reply Delete

:) iya bukan keluhan, hanya mencurahkan apa yang ada dalam hati ^^

Reply Delete

bahasanya lebih menjurus ke keluhan yaa??? padahal saya cuma berkata-kata tentang taburan huruf-huruf tak beraturan yang ada di pikiran saya.. :D

Reply Delete

semoga saja maksudnya tidak menyesatkan yaaa... :)

Reply Delete

Arrrrrrrggggghhhhhh.... kata-kata itu lagii.... ga bosan apa nulis kalimat itu di setiap komentarmu di sini??? Atau memang postinganku yang ko komentari menceritakan sebuah keterbatasan yang memang harus dilawan dengan tekad???? entahlah.... tapi sungguh KOMENTARMU TIDAK KREATIF SAMA SEKALI di sini alias basi... wkwkwkkwkwkwk

Reply Delete

hehehe ... sepertinya begitu... masih mencari pembenaran...:D

Reply Delete

wkwkwkkwkwkwkwkwkwkkkkkkkkkkkkk.... basi yah?? ntar sy bikinkan nasi aking klo geto. hahhahahahahhahh... karenan keterbatasan memg bisa ditaklukkn dgn tekad bukn?? mkanya nasi basipun diubah jd aking. hahhahaha...

Reply Delete

wkwkwkwkwk...aku cek email ada komen, tapi pas buka blog kok ga ada.. kirain komen balasanmu dihapus.. ehh ternyata dianggap spam ama blogger...wkwkwkwkwk

kalo kalimat saktimu itu dijadiin nasi aking... jangan kasih ke saya yaaa... buat kamu ajaa yang selalu kelaparan dan makannya buasss...hahahahahh

Reply Delete

ga tau itu andromeda ato bukan, tapi saya suka menganalogikan taburan bintang-bintangnya dengan taburan huruf-huruf di pikiran saya yang saya maksud di tulisan ini.. :)

Post a Comment

˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs