Apa jadinya? Tak kuteruskan pertanyaannya. Tak kujelaskan maksudnya. Dan tak ingin pula mengabaikannya ataupun menyimpannya berbaur dengan semua pemahaman dan teka teki yang ada. "Pertanyaan bodoh", menurutmu ketika mendengarnya. Pernyataan putus asa karena tak tahu tujuannya. Jika tak ingin tahu pun tak memaksa untuk tahu. Memang, ia tak membutuhkan satu jawaban khusus untuk menyatakannya terjawab. Ia butuh pertanyaan lebih lanjut. "Apa maksudnya?". "Apa jadinya" pun berteman dengan "Apa maksudnya?". Dan saatnya kita mendengar mereka bercengkrama, beradu pendapat dalam sebuah perang pernyataan. Hanya yang mau mengerti yang akan tahan dengan alur yang disajikannya. Yang cuma mau memperhatikan, maaf, tak ada adegan musuh takluk sama lawannya, tak ada adegan daerah yang luluh lantak karena perang. Layaknya menunggu hitam menjadi putih, merubah gelap menjadi terang, kita terjebak di dalamnya sebagai seorang yang tak tahu arti. Sadarkah? Tanyakan pada dirimu.
Mencoba membuatnya tak menutup layaknya daun jendela yang terbuka dan membiarkan udara lalu lalang melewatinya. Terkadang jendela itu tertutup karena tak ada penahannya dan mencoba menyegarkan ruangan di dalamnya untuk terbuka kembali. Karenanya pula ada perubahan warna darinya. Semburat sinar yang membuatnya tak hanya hitam, hadirkan kerlap-kerlip aneka ragam rasa dalam sebuah perubahan. Kita tak akan pernah bisa membuatnya tertahan karena sebuah keinginan ketika tak tersadar. Dan ketika kita mencoba... yaa hanya mencoba membuatnya tertahan seolah-olah tak ada perubahan, ia berkaca-kaca memantulkan sebuah objek fatamorgana yang menyiratkan sebuah kesedihan. Mereka menyebutnya "kesedihan' ketika ia hadir, padahal ia bisa bermakna haru yang mengenyahkan kesedihan itu, memaksa nafas untuk berhenti sejenak menikmati kelegaannya. Ia hanya bagian darinya, yang terkadang muncul hanya untuk menyeimbangkan keberadaannya yang cukup tersiksa karena pemiliknya menghendaki demikian. Kita hanya perlu membukanya dan menyadarinya, bukan menutupnya ataupun membukanya tanpa kesadaran sama sekali.
Aku ingin berkata bahwa ia merupakan salah satu penyebab semuanya berawal. Tanya, rasa, pikiran, langkah, senang, susah, tawa ataupun canda. Beribu makna yang tak mutlak selalu hadir ketika kita mencoba membacanya. Tajam ketika ia menusuk arah yang diinginkannya. Lesuh ketika ia merasa lelah untuk tidak menyerah pada sesuatu. Layu ketika keinginannya tak dihendaki oleh kenyataan. Namun, dengannya semuanya jadi berwarna, menempa hidup, membawa pemiliknya menikmati dan merasakan apa yang diinginkannya, mendefinisikan keindahan, kesuraman dan ketakutan, gelap dan terang, ataupun hitam dan putih.
Hanya yang nyata yang disaksikannya dan ada satu yang bisa menyaksikan yang tak nyata, walaupun ia sendiri tak terlihat, bahkan oleh pemiliknya sendiri. Hanya rasa yang menyebabkannya ada dan dirasakannya pemiliknya. Cuma terkadang mungkin karena sebuah keacuhan dan ketidakpedulian yang membuatnya seolah-olah tak hadir. "Jalani saja, toh tetap sama", seorang kawan pernah berkata seperti itu. "Tak semudah itu kawan" jawabku berbisik dan semoga ia pun mendengarnya. Tak bisakah kita mencoba hanya untuk menghadirkannya sejenak dan berkata bahwa "aku ada dan bertindak menilai yang baik dan buruk karenanya". Kita tak pernah berkata sedalam itu karena tak pernah ingin mengenalnya. Bercengkrama dengannya, mengagumi keberadaannya yang mengajari kita melangkah di kehidupan ini.
Mencoba memadukannya bukanlah sebuah hal yang mustahil, bahkan sering. Tapi, apakah kita merasakannya? Akupun sering tak sadar melakukannya, karena ada hal-hal tertentu yang sering terlupa untuk dipikirkan. Ketika sebuah misteri, teka-teki ataupun pertanyaan datang dan menuntut sebuah jawaban ataupun penyelesaian, saat itu keduanya berkolaborasi merangkai sebuah percakapan, menganalisis hingga menuju sebuah pembenaran bagi si pemiliknya. Yaa, sebuah pembenaran yang bisa disangkal sendiri olehnya.
Semuanya begitu cepat hadir hanya karena memandang sebuah objek yang sudah tak asing lagi. Kekaguman kembali hadir. Dengan dua indera yang membuatnya tampak nyata dan tak nyata. Karenanya aku berkesimpulan, ia ada, menghiasi langit-langit kenyataan dan khayalan. Khayalan yang menyebabkan kita berkeinginan sesuai dengan kehendak, merangkai alur mimpi akan kenyataan yang belum terwujud. Mencoba membuatnya tak berkedip bukan satu-satunya cara menikmati sebuah keindahan dan menghadirkan nilai-nilai positif darinya. Sepertinya ia harus terpejam sesaat. Lelah menghampiri ketika kupaksa menerobos celah demi celah yang tak bisa dijangkaunya.
Mencoba membuatnya tak menutup layaknya daun jendela yang terbuka dan membiarkan udara lalu lalang melewatinya. Terkadang jendela itu tertutup karena tak ada penahannya dan mencoba menyegarkan ruangan di dalamnya untuk terbuka kembali. Karenanya pula ada perubahan warna darinya. Semburat sinar yang membuatnya tak hanya hitam, hadirkan kerlap-kerlip aneka ragam rasa dalam sebuah perubahan. Kita tak akan pernah bisa membuatnya tertahan karena sebuah keinginan ketika tak tersadar. Dan ketika kita mencoba... yaa hanya mencoba membuatnya tertahan seolah-olah tak ada perubahan, ia berkaca-kaca memantulkan sebuah objek fatamorgana yang menyiratkan sebuah kesedihan. Mereka menyebutnya "kesedihan' ketika ia hadir, padahal ia bisa bermakna haru yang mengenyahkan kesedihan itu, memaksa nafas untuk berhenti sejenak menikmati kelegaannya. Ia hanya bagian darinya, yang terkadang muncul hanya untuk menyeimbangkan keberadaannya yang cukup tersiksa karena pemiliknya menghendaki demikian. Kita hanya perlu membukanya dan menyadarinya, bukan menutupnya ataupun membukanya tanpa kesadaran sama sekali.
Aku ingin berkata bahwa ia merupakan salah satu penyebab semuanya berawal. Tanya, rasa, pikiran, langkah, senang, susah, tawa ataupun canda. Beribu makna yang tak mutlak selalu hadir ketika kita mencoba membacanya. Tajam ketika ia menusuk arah yang diinginkannya. Lesuh ketika ia merasa lelah untuk tidak menyerah pada sesuatu. Layu ketika keinginannya tak dihendaki oleh kenyataan. Namun, dengannya semuanya jadi berwarna, menempa hidup, membawa pemiliknya menikmati dan merasakan apa yang diinginkannya, mendefinisikan keindahan, kesuraman dan ketakutan, gelap dan terang, ataupun hitam dan putih.
Hanya yang nyata yang disaksikannya dan ada satu yang bisa menyaksikan yang tak nyata, walaupun ia sendiri tak terlihat, bahkan oleh pemiliknya sendiri. Hanya rasa yang menyebabkannya ada dan dirasakannya pemiliknya. Cuma terkadang mungkin karena sebuah keacuhan dan ketidakpedulian yang membuatnya seolah-olah tak hadir. "Jalani saja, toh tetap sama", seorang kawan pernah berkata seperti itu. "Tak semudah itu kawan" jawabku berbisik dan semoga ia pun mendengarnya. Tak bisakah kita mencoba hanya untuk menghadirkannya sejenak dan berkata bahwa "aku ada dan bertindak menilai yang baik dan buruk karenanya". Kita tak pernah berkata sedalam itu karena tak pernah ingin mengenalnya. Bercengkrama dengannya, mengagumi keberadaannya yang mengajari kita melangkah di kehidupan ini.
Mencoba memadukannya bukanlah sebuah hal yang mustahil, bahkan sering. Tapi, apakah kita merasakannya? Akupun sering tak sadar melakukannya, karena ada hal-hal tertentu yang sering terlupa untuk dipikirkan. Ketika sebuah misteri, teka-teki ataupun pertanyaan datang dan menuntut sebuah jawaban ataupun penyelesaian, saat itu keduanya berkolaborasi merangkai sebuah percakapan, menganalisis hingga menuju sebuah pembenaran bagi si pemiliknya. Yaa, sebuah pembenaran yang bisa disangkal sendiri olehnya.
Semuanya begitu cepat hadir hanya karena memandang sebuah objek yang sudah tak asing lagi. Kekaguman kembali hadir. Dengan dua indera yang membuatnya tampak nyata dan tak nyata. Karenanya aku berkesimpulan, ia ada, menghiasi langit-langit kenyataan dan khayalan. Khayalan yang menyebabkan kita berkeinginan sesuai dengan kehendak, merangkai alur mimpi akan kenyataan yang belum terwujud. Mencoba membuatnya tak berkedip bukan satu-satunya cara menikmati sebuah keindahan dan menghadirkan nilai-nilai positif darinya. Sepertinya ia harus terpejam sesaat. Lelah menghampiri ketika kupaksa menerobos celah demi celah yang tak bisa dijangkaunya.
digusar...
hanya keindahan yang terlihat
melambai terhempas angin
terurai menjuntai menjangkau bumi
aku iri pada jejakmu
hanya keindahan yang terlihat
melambai terhempas angin
terurai menjuntai menjangkau bumi
aku iri pada jejakmu
Source Pic: Random Taken From Google
28 comments
seperti biasa.. tulisan Sam selalu keren. :)
apa maksudnya?? dan apa jadinya?? dan perlukah alasan untuk mengukir jejak dari kehidupan??
ahahahaha bingung mo koment apa, canggih sekali pemilihan bahasanya, SubhanAllah
selalu~
keren dan sulit dipahami =.=a
tapi aku suka....
subhanallah kak sam :D
Hanya satu yang bisa saya sampaikan...
pussiiiiiiingg..... memaknainya....
ini bahasanya ngga ke-detect oleh sistem saya,,
jadinya sayanya bingung mu ngomen apa dah.
tapi isokelah, yang penting ngomen.
hwehehehe
keren keren...tlsan nya mkin sarat makna saja,stiap berkunjung kesini jidat ku smkin lebar saja dgn rangkaian2 kata...hahahaha menguras otak mencri makna di blik tlsan mu...heningkara love love
mas sam...pusing akuu..pulang kantor baca ini...yakin deh otakku berasa mau meledak...
maaf yaa..aku blum bsa komen yg spantasnya, soalnya otakku lagi ga bisa menangkap apapun...hahahaha...#lieur
ini postingan gaje kayak pnyaku kmarin ga sih? kok aku blum bsa nangkap rasa apa yg dialami penulis saat merangkainya..#ketularan komenmu...hahahaha :D
Speechles..
yah cuma itu :|
saking gak taunya mau bilang apa mas sam.
nice :)
entahlah sam,
butuh berapa kali baca buat bisa mencerna ini,
berat banget kayaknya, cuma kamu aja yang bisa tau apa arti sebenarnya ini... :)
Terpaku sejenak..!!! Partamax sob,,dah lama g baca goresannya, akhirnya muncul juga, kereeeenn, full sastra banget,,ijin share ya..
saya membaca runut, dari awal sampai selesai tapi gak bisa dapat pointnya. yah emang sih kamu paling jago buat tulisan khiasan sam, abstrak yang merujuk pada satu kejadian.
atau mungkin sy yg membaca pas jam istirahat kantor yah? kepala masih mumet sih... lagi banyak kerjaan soalnya :)
pertanyaan bodoh
--pertanyaan putus asa
kupikir itu karena jawab ini tak sesuai dengan tanya itu
hey, aku yakin, ia ada mengitari nyata dan maya.
kamu hanya perlu berusaha lebih keras lagi.
*semoga
wkwkwkwk... kali ini tebakanmu benar... gaje.... jangankan dirimu, diriku pun terkadang susah nangkap maksudnya apa...:D
terima kasih yaaa...:)
cuma pengen nulis aja, dan jadinya seperti yang di atas itu.. mengukir jejak kehidupan sepertinya perlu, buat bekal perjalanan ke depan dan buat mengenang masa-masa yang telah lewat... :)
nah tuh bisa komen.. hehe
terima kasih yaa... saya pun juga nyadar kalo tulisan ini bakalan sulit dipahami, termasuk bagi diri saya sendiri...:)
Ada apa Awa??? :D
maaf yaaa.. kalo dibikin pusing... :D
yoo wesss... sistemnya direset dulu, atau kalo ga mau, di klik kanan aja terus refresh berulang-ulang...:D
kaya' ada yang sedang ngasah jidat biar kinclong...hahahah...udah ketebak belum maknanya?? kasih tau yaa kalo udah, soalnya saya juga ga ngerti nulis apaa...:))
wkwkwk lg bertapa ne nyari inspirasi ..makna dalem.se dalem sumur bor.
mendalami makna sedalam sumur bor??? wkwkwkkwwk... hati-hati yaaa... kehimpit pipa dan kesetrum listrik...wkwkwkk...
postingan obesitas ya mas...:))
selamat datang kembali si pemilik "SAHABAt HATI".... :)
baru kali ini ada yang bilang kalo postinganku nyastra banget....
mengenai share... waduh maaf yaa.. blog-ku sudah pake proteksi block dan anti klik kanan, tapi kalo bisa di share sih... silahkan saja.. dengan senang hati mengijinkan...:)
maaf yaa kalo ga bisa ngerti.... soalnya saya juga yakin kalo bukan saya yang nulis, mungkin saya pun ga bisa ngerti... :)
duhhhh... komennya bikin mumet.. bukan "pertanyaan putus asa' kali, tapi "pernyataan"...
ini tentang mata dan mata hati... mereka berdua sering beradu kan?? :)
waduhhh... saya baru liat kalo komennya masuk di folder spamm.... :D
yaa gitu deh...saya pun tak bisa ngerti langsung sedang nulis apa... :))
Post a Comment
˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs