Recent Comments
Loading...
Recent Comments

Ignorance

07 July 2012

Melihatnya ketika pusing

“Apa yang sedang kau perlihatkan?” Itu mungkin pertanyaan yang ingin saya kemukakan padamu ketika melihat tingkahmu. Tingkahmu membuatku berpikir untuk bertanya lebih lanjut, “Seberapa besar energi yang kamu miliki, yang bisa membuatmu kuat, yang bisa membuatmu untuk tetap bertahan pada kondisimu itu, pada tingkah yang kau perlihatkan itu?” Jika kau berpikir kalau suatu saat tingkahmu itu bisa menjerumuskanmu, bisa memperdayaimu, ada baiknya kau mempertimbangkan untuk mengeraskan lebih lanjut volume tawamu, menguatkan lebih lanjut hentakan tarianmu ataupun menghidupkan lebih lanjut pesta pora yang lupa akan sebuah keberadaan.
"Tetapi ini bukan pesta pora. Ini hanya sesaat. Tak bisakah saya bersenang-senang sedikit, merasakan indahnya hidup, menikmati keadaan seperti yang saya inginkan?" Belamu suatu waktu. Sebuah pesta pora sepertinya menginginkan pelakonnya berkata seperti itu, membelanya. Lagipula, siapa yang lebih tahu dari yang mengalaminya sendiri. Aku cuma berusaha menyeimbangkan dirimu yang sedang timpang. Layaknya sebuah neraca yang berat sebelah, ia membutuhkan sebuah pemberat di sisi lainnya untuk membuatnya sejajar, seimbang.

Manusia itu pasti mempunyai keinginan. Keinginan yang tak tercapai bisa membuat manusia berkeluh kesah, sedangkan keinginan yang tercapai bisa membuat manusia lupa diri. Anggaplah saya ini adalah bagian yang sinis, yang dengan seenaknya mengenyampingkan kesabaran dan rasa syukur. Setidaknya jika sinis tidak saya hadirkan, kemungkinan sebuah dugaan tidak akan pernah hadir dalam menilai sesuatu.

Kau boleh berkata bahwa semua ucapanku hanyalah sebuah retorika belaka, yang mungkin hanya bisa berbekas sesaat bagi yang mendengarkan dan ingin mengambil sebuah pelajaran darinya. Jika itu kau perdengarkan padaku, lantas apa gunanya manusia itu belajar, diberi sebuah ujian berupa kebahagiaan ataupun penderitaan? Maaf, sepertinya aku harus membuat sebuah pengecualian, pengecualian buat mereka yang tidak mau belajar untuk mendengar. Kita harus yakin, kalau semua yang kita lakukan akan mempunyai pengaruh terhadap langkah-langkah kita ke depannya.

Kau sering mendengar kalimat yang terakhir itu bukan? Tetapi, apakah dalam desah nafasmu, dalam tiap langkahmu, pengaruh itu pernah terpikirkan? Seperti apa pengaruh yang kau inginkan? Murung setelah tawa? Jeritan setelah nyanyian? Atau malah kau ingin agar hingar bingar sesuai keinginanmu saat ini ingin kau jadikan pengaruh yang kau pikirkan ke depannya? Semua manusia pasti menginginkan pengaruh itu sesuai dengan keinginannya masing-masing. Karena bisa jadi pengaruh itu adalah mimpinya, ambisinya. Sedangkan keadaan saat ini hanyalah jalan yang berupa tempaan untuk menuju ambisi itu.

Mungkin hal yang membosankan menghadirkan cengkrama demi cengkrama ketika kau keluar dari satu kondisi dan mencoba masuk ke kondisi lainnya. Bisa jadi membosankan bagi mereka yang tidak pernah mencobanya. Tetapi aku yakin kalau ini mungkin sebuah cara bagimu dalam mengakrabi dirimu, mengenali lebih dalam dirimu tentang dirimu. Hanya kau yang bisa menilai dirimu, bukan mereka yang berada di sekitarmu. Bukan pula aku yang kau libatkan dalam cengkrama ini.

4 comments

Reply Delete

belajar menyelami kata :), apa kabar hening??

Reply Delete

sedikit bisa ditangkap.. :)

Reply Delete

menyelami kata jangan lupa untuk tarik nafas yaaa....:D kabar baik alhamdulillah.... :)

Reply Delete

ditangkap tapi lepas lagi, sepertinya percuma juga.. :D

Post a Comment

˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs