Recent Comments
Loading...
Recent Comments

Ke-'Aku'-an Ala Bung Karno

20 February 2013

Aku ini tak ubahnya seperti anak kecil. Berilah aku sebuah pisang dan sedikit simpati yang keluar dari lubuk hatimu, tentu aku akan mencintaimu untuk selama-lamanya. Akan tetapi berilah aku seribu juta dollar dan di saat itu pula engkau tampar mukaku di depan umum, maka sekalipun ini nyawa tantangannya, maka aku akan berkata kepadamu, 'persetan!'

Aku menjadi orang yang paling menyenangkan di dunia ini, apabila aku merasakan arus persahabatan, simpati terhadap persoalan-persoalanku, pengertian dan penghargaan datang menyambutku. Sekalipun ia tak diucapkan, ia dapat kurasakan. Dan sekalipun rasa tidak senang itu tidak diucapkan, aku juga dapat merasakannya. Dalam kedua hal itu aku bereaksi menurut insting. Dengan satu perkataan lembut, aku akan melebur. Aku bisa keras seperti baja, tetapi aku juga bisa menjadi sangat lunak.

Aku tetap mencoba menundukkan keadaan-keadaan atau menciptakan lagi keadaan-keadaan, sehingga ia dapat dipakai untuk mencapai apa yang sedang dikejar. Hasilnya, sekalipun aku berusaha keras bagi rakyatku, aku menjadi korban dari senrangan-serangan yang jahat.

Aku mempunyai ego, itu kuakui. Tetapi tak seorang pun tanpa ego dapat menjatuhkan 10000 pulau-pulau menjadi satu kebangsaan. Aku juga seorang yang angkuh? Bukankah setiap orang yang membaca buku ini ingin mendapat pujian?

Aku dikutuk seperti bandit dan dipuja bagai dewa.

Seringkali pikiran oranglah yang berubah-ubah. Bukan pikiranmu. Mereka memperlakukanmu lain. Mereka turut menciptakan pulau kesepian ini di sekelilingmu. Karena itulah apabila aku terlepas dari penjaraku ini, aku menyenangkan diriku sendiri.

Aku tertarik menurut pembawaan watak kepada segala apa yang menyenangkan pikiran. Bila hari sudah larut aku merasa lelah, seringkali aku kehabisan tenaga, sehingga sukar untuk menggerakkan persendian. Dan apabila seorang sekretaris laki-laki berbadan besar, tidak menarik, buruk dan botak, datang kepadaku membawa setumpukan tinggi surat-surat untuk ditandatangani, aku akan berteriak kepadanya supaya dia segera pergi dan membiarkanku seorang diri. Sepihan-sepihan kulitnya akan rontok dari badannya karena kaget. Aku akan menggeledek kepadanya. Aku akan bangkitkan petir di atas kepalanya. Akan tetapi bilamana yang datang seorang gadis sekretaris berbadan ramping, dengan dandanan yang rapi dan meluapkan bau harum menyegarkan tersenyum manis dan berkata kepadaku dengan lunak, "Pak, silahkan". Tahukan engkau apa yang terjadi? Bagaimanapun keadaan hatiku, aku akan menjadi tenang. Dan aku akan selalu berkata, "Baik".

Hanya setelah mati, dunia ini dapat ditimbang dengan jujur.
*Disadur dari buku "Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat" Bab 1.

4 comments

Reply Delete

Masa "penyambung lidah rakyat" pake emo unyu gitu? :p

manusia disusun dari ego dan retorika. barbahagialah mereka dengan mampu memanipulasi ego "besar" dalam retorika halus nan sederhana.

Reply Delete

Ego, selama ditempatkan dalam tempat dan kadar yang tepat itulah yang LUAR BIASA, *OOT hihiii...

Salam kenal mas bro,,,

Reply Delete

Lagi serius baca, nemu kalimat itu. Emo-nya anggap saja ekspresi pembacanya saat baca kalimat itu... :D

Komentar terakhir kayanya retorika juga, halus dan sederhana. Kalau "kelicikan" masuk dalam tahap penyusun mana kira-kira yang bisa membela 'kelicikan' itu? Ego atau Retorika?

Bahagia... manipulasi... semuanya relatif, apalagi kalau ditambah adanya unsur paksaan di dalamnya...

Reply Delete

Seperti apa rupa tempat dan kadar yang tepat itu?

Salam...

Post a Comment

˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs