Menyaksikan bagian alam yang jarang kita saksikan adalah salah satu kenikmatan tersendiri dalam mengagumi kebesaran Sang Pencipta. Tak ada yang bisa kita lakukan ketika mengkaitkan sebuah keindahan dengan Sang Pencipta selain mensyukurinya. Dan bahwa kita masih bisa berada di sana menyaksikannya. Dan menyadari serta mengakui keberadaan bahwa kita sesungguhnya adalah bagian dari keindahan itu, bagian dari karya-Nya.
Sebenarnya kisah ini masih satu bagian dari perjalanan pulang dari Kerinci. Namun, karena saya sendiri merasa cerita tentang Kerinci sudah terlalu panjang, maka saya memutuskan untuk tidak memasukkan bagian ini di akhir kisah. Masih ada waktu sekitar 2 jam sebelum saya tiba di Makassar kala itu, namun saya langsung mempersingkat ceritanya dengan mengatakan 2 jam kemudian saya tiba di Makassar. Padahal dalam waktu 2 jam itu, di dalam pesawat, ada satu momen terindah yang disajikan alam semesta dari balik jendela pesawat.
Walau dengan mata yang sudah memaksa meminta untuk dikatupkan akibat semalam suntuk terjaga di bandara, saya mencoba untuk terus terjaga sampai matahari benar-benar sudah berada dalam posisi sempurna selesai berperan dalam peralihan gelap ke terang. Pada awalnya saya tidak menyadari sajian peralihan alam semesta ini. Mata saya pun sempat terkatup sebentar ketika gerak pesawat memasuki fase lepas landas dan terbang menanjak. Namun, ketika pesawat memasuki fase terbang jelajah, saya terjaga dan mulai memfokuskan pandangan ke arah jendela pesawat.
Pada awalnya saya ragu untuk mengeluarkan kamera karena dua penumpang yang berada di sebelah saya juga mungkin sedang merasakan hal yang sama dengan saya, yakni sedang mengagumi suasana percikan sinar sang fajar yang menyirami langit pagi hari dari balik jendela pesawat. Tak ingin dikatakan atau disangka norak oleh penumpang tersebut, akhirnya saya cuma bisa merekam semua peristiwa itu dengan mata kepala saya sendiri. Namun ketika saya mengetahui, kalau kedua penumpang itu memutuskan untuk terlelap, saya pun mulai memainkan kamera. Tak peduli sudut seperti apa posisi kameranya, miring atau tengkurap, saya asal main jepret saja karena jarang-jarang saya bisa mengabadikan momen seperti ini.
Saya baru menghentikan kegiatan saya ini ketika pramugari pesawat datang menawarkan jajanan di dalam pesawat. Saya kembali tenang seperti di awal-awal, merekam semuanya dengan mata kepala sendiri. Suara gaduh yang ditimbulkan oleh pramugari ini membuat kedua penumpang di sebelah saya juga ikut terbangun. Mungkin karena kelaparan, akhirnya kedua penumpang ini pun memesan pop mie kepada pramugari tersebut. Aroma sedapnya yang begitu memikat, ditambah juga dengan perut saya yang keroncongan, akhirnya saya pun memutuskan untuk memesan satu pop mie juga. Harganya lumayan bikin sport jantung untuk seukuran pop mie. Namun, demi menenangkan perut yang keroncongan, akhirnya saya relakan saja untuk menerimanya.
Popmie dengan sunrise dari balik jendela pesawat. Satu paduan yang sempurna di pagi hari walau dengan mata sedikit agak redup. Terima kasih Tuhan atas nikmat dan karunia yang Engkau berikan pada hari itu. Semoga Engkau tidak pernah bosan menganugerahkan nikmat dan karunia kepada kami semua, makhluk-Mu, di hari-hari berikutnya.
Mungkin gambar-gambar di bawah ini adalah hal yang biasa bagi para pembaca sekalian, tapi harap dimaklumi saja karena cuma ini yang bisa saya abadikan lewat gambar. Sedangkan sisanya ada di dalam pikiran saya, terekam dengan jelas dan tak tervisualisasikan lagi kecuali lewat kata.
Sebagai tambahan, karena hari ini tanggal 27 Oktober 2014 diperingati sebagai hari blogger nasional, maka dengan ini juga saya ingin mengucapkan selamat hari blogger nasional. Keep blogging keep writing, bloggers.
Sebenarnya kisah ini masih satu bagian dari perjalanan pulang dari Kerinci. Namun, karena saya sendiri merasa cerita tentang Kerinci sudah terlalu panjang, maka saya memutuskan untuk tidak memasukkan bagian ini di akhir kisah. Masih ada waktu sekitar 2 jam sebelum saya tiba di Makassar kala itu, namun saya langsung mempersingkat ceritanya dengan mengatakan 2 jam kemudian saya tiba di Makassar. Padahal dalam waktu 2 jam itu, di dalam pesawat, ada satu momen terindah yang disajikan alam semesta dari balik jendela pesawat.
Walau dengan mata yang sudah memaksa meminta untuk dikatupkan akibat semalam suntuk terjaga di bandara, saya mencoba untuk terus terjaga sampai matahari benar-benar sudah berada dalam posisi sempurna selesai berperan dalam peralihan gelap ke terang. Pada awalnya saya tidak menyadari sajian peralihan alam semesta ini. Mata saya pun sempat terkatup sebentar ketika gerak pesawat memasuki fase lepas landas dan terbang menanjak. Namun, ketika pesawat memasuki fase terbang jelajah, saya terjaga dan mulai memfokuskan pandangan ke arah jendela pesawat.
Pada awalnya saya ragu untuk mengeluarkan kamera karena dua penumpang yang berada di sebelah saya juga mungkin sedang merasakan hal yang sama dengan saya, yakni sedang mengagumi suasana percikan sinar sang fajar yang menyirami langit pagi hari dari balik jendela pesawat. Tak ingin dikatakan atau disangka norak oleh penumpang tersebut, akhirnya saya cuma bisa merekam semua peristiwa itu dengan mata kepala saya sendiri. Namun ketika saya mengetahui, kalau kedua penumpang itu memutuskan untuk terlelap, saya pun mulai memainkan kamera. Tak peduli sudut seperti apa posisi kameranya, miring atau tengkurap, saya asal main jepret saja karena jarang-jarang saya bisa mengabadikan momen seperti ini.
Saya baru menghentikan kegiatan saya ini ketika pramugari pesawat datang menawarkan jajanan di dalam pesawat. Saya kembali tenang seperti di awal-awal, merekam semuanya dengan mata kepala sendiri. Suara gaduh yang ditimbulkan oleh pramugari ini membuat kedua penumpang di sebelah saya juga ikut terbangun. Mungkin karena kelaparan, akhirnya kedua penumpang ini pun memesan pop mie kepada pramugari tersebut. Aroma sedapnya yang begitu memikat, ditambah juga dengan perut saya yang keroncongan, akhirnya saya pun memutuskan untuk memesan satu pop mie juga. Harganya lumayan bikin sport jantung untuk seukuran pop mie. Namun, demi menenangkan perut yang keroncongan, akhirnya saya relakan saja untuk menerimanya.
Popmie dengan sunrise dari balik jendela pesawat. Satu paduan yang sempurna di pagi hari walau dengan mata sedikit agak redup. Terima kasih Tuhan atas nikmat dan karunia yang Engkau berikan pada hari itu. Semoga Engkau tidak pernah bosan menganugerahkan nikmat dan karunia kepada kami semua, makhluk-Mu, di hari-hari berikutnya.
Mungkin gambar-gambar di bawah ini adalah hal yang biasa bagi para pembaca sekalian, tapi harap dimaklumi saja karena cuma ini yang bisa saya abadikan lewat gambar. Sedangkan sisanya ada di dalam pikiran saya, terekam dengan jelas dan tak tervisualisasikan lagi kecuali lewat kata.
Sebagai tambahan, karena hari ini tanggal 27 Oktober 2014 diperingati sebagai hari blogger nasional, maka dengan ini juga saya ingin mengucapkan selamat hari blogger nasional. Keep blogging keep writing, bloggers.
Photo
7 comments
Masih bisa dihitung jari naik citilink. Jadi jendelanya kebukanya kebawah ya? Baru tau. Hihihi...
Aku juga punyaaaaaaaaaaaa beberapa jepretan dari pesawat. Mau ku pamerin juga deh. :D
Anyway, selamat hari blogger nasional. Terimakasih telah menjadi pelanggan setia popcorn :))
Cieciecieee... yang sering banget naik pesawat... :d, sy aja baru kali ini naik citilink \m/
Jendelanya kebuka ke bawah yaa?? Sy juga bru tahu... :d
Wajarlah kalo punya, sering banget sih naik pesawatnyaa... :p
Selamat hari Sumpah Pemuda... :)) Pelanggan setia Popcorn?? gak kebalik?? :D
Gambarnya gak pecaaaaaaaaaaaahhh.. :D :-bd
Iyaa, aku juga baru tau. Kirain tadi kamu sengaja muter kameranya biar kebalik. Tapi gak mungkin juga donk gunungnya kebalik juga. Hahahaha... Kemudian tersadar :D
Heiii,. sering naik pesawat bukan berarti sukak foto-foto yaaa,. masih sukak gak pede foto-foto di tempat umum. :D
Enggak kebalik. Karena heningkara gak bisa dimakan. Kalo popcorn kan bisa. Habis berapa keranjang juga boleh. :))
Gak pecah?? Whaaooowww... keren juga yaa ms picture bisa nge-kompres gambar berukuran gede... :D
Kalo udah tau, berarti sekarang tinggal nyari jendela pesawat yang bisa kebuka dari samping. Pas ketemu... eeehhhh ternyata jendela angkot... :))
Kayanya sy juga gitu deh, suka ga pede foto2 di depan umum... coba kalo dua penumpang di sebelah saya gak ketiduran, mungkin sayahnya gak foto-foto kayaknya ... :))
Komen Paragraff terakhirrr... Maksaaaaaaa bangettt :)) tapi iya juga sih, popcorn yang sebenarnya bisa dimakan :D
2014 ternyata sudah memperingati hari Blogger nasional ternyata
trims banget untuk tipsnya. blog seperti ini yang saya suka..selalu memberikan informasi yang bermanfaat untuk para pembaca..update trus sob
Enak gan blogny buat dibaca..
Tulisannya rapi dengan justify rata kanan kiri..
Mantap lah pokoknya..
Post a Comment
˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs