Lupakan masa lalu yang kelam. Mulailah melangkah, menatap masa depan yang penuh misteri. Raih mimpimu dengan segala yang ada pada dirimu. Jangan pikirkan halangan yang bakal kamu hadapi, karena engkau tahu tak semua alur kehidupan yang direncanakan akan berjalan sesuai kenyataan dan juga nantinya halangan itu akan bertemu denganmu dalam kenyataan. Jangan sampai hal itu menciutkan nyalimu dan lemahkan niatmu.
Coba pandangi langit di pagi hari. Dia begitu tenang merangkul sang fajar terangi hari, biarkan burung berkicau, peringatkan ayam jantan untuk berkokok dan bangunkan semua penghuni bumi agar melakukan aktivitasnya masing-masing. Tengadahkan kepalamu ke atas, pandangi langit dengan tatapan yang menusuk dan bayangkan engkau baru menyaksikan dia menyapamu dan membisikkan kata, 'hari baru telah lahir' di hadapanmu. Engkau coba bayangkan pagi itu sebagai seorang manusia yang memecah kesunyian dunia dengan tangis bahagianya terlahir ke dunia. Manusia dan hari akan sesejuk dan setenang langit di pagi hari itu. Di saat itu, manusia dan hari dipersiapkan dengan kedamaian untuk menghadapi masa depan, seperti yang akan dilalui bumi beberapa waktu ke depan.
Coba pandangi langit di siang hari. Dia begitu ganas dengan mengundang matahari kuatkan sinarnya untuk menyilaukan siapa saja yang memandangnya. Dia memberikan kesan malu, tak ingin di pandangi seperti di pagi hari. Di sini bukan langit yang ingin dipandangi, tetapi langit yang ingin memandangi bagaimana para penghuni bumi berpacu untuk meraih yang terbaik di siang itu. Mungkin sebagian besar dari mereka lupa akan dirinya sendiri akibat kesibukannya masing-masing, dan mungkin mereka tidak sadar bahwa langit sedang memandanginya dengan tatapan yang ganas. Siang hari sebenarnya identik dengan keberadaan manusia yang sedang berada di puncaknya untuk mengejar mimpi dan menjadikannya kenyataan. Kita dipaksa berlari entah demi siapa. Kita dipaksa jatuh dan bangkit dari pengejaran, demi yang namanya bertahan hidup. Entah bagaimana caranya mimpi itu harus terwujud di siang itu.
Dan coba pandangi langit di sore hari. Dia kembali ingin ditatap dan mencoba menghibur para penghuni bumi dengan sisa-sisa tenaga pancaran sinar matahari pada waktu itu. Dia mungkin akan menghiasi diri dengan warna-warni pelangi, warna lembayung surya yang sedang tenggelam dan hamparannya yang bersih tanpa sang awan. Kita ingin dibuat takjub olehnya. Di saat ini kita seharusnya berhenti sejenak berlari, merenungi hasil yang kita peroleh dari apa yang kita usahakan. Entah di saat ini kita bisa tersenyum karena apa yang diimpikan tercapai, atau terdiam, karena impian belum bisa terkejar di hari ini. Namun, walau bagaimanapun hasilnya, kita harus berhenti, dipaksa untuk berhenti, karena di saat inilah batas keterbatasan tercapai. Saat itu pun cahaya mentari pun meredup hingga gelapkan hari pada waktu itu.
Dan coba pandangi langit di malam hari. Dia kembali pancarkan ketenangannya, dengan mengundang ribuan bintang untuk menjejalinya di setiap sudut-sudut malam pada waktu itu. Bahkan sesekali sang rembulan datang meramaikan malam dengan sinar pinjaman dari matahari yang sedang menerangi bagian bumi yang lain. Di waktu ini, dia siap menemani para perenung, para pengagum jagad raya dan orang-orang yang letih beraktivitas di bagian hari sebelumnya. Di saat ini, semua atribut kebanggaan pagi hari dan siang hari harus ditanggalkan dan memaksa kita untuk berkata, 'tak ada yang pantas dibanggakan dalam diri ini', apapun itu. Langit ingin mengenal kita seperti saat kita pertama kali menyapanya di pagi hari, tak memiliki apapun. Dia ingin menyadarkan kita bahwa kita akan kembali seperti pada waktu kita datang pertama kali, tak membawa apa-apa, tapi hanya meninggalkan apa yang pernah atau telah kita kejar, yakni impian dan tak tahu untuk siapa.
Di manapun dan kapanpun, waktu akan tetap berdetak, siklus kehidupan akan tetap menjalankan warna-warninya serta dunia khayal dan dunia nyata hanya akan dibatasi oleh masa kini. Dunia khayal dan dunia nyata hanyalah sebuah fantasi yang bergantung pada bagaimana cara pandang kita terhadap keduanya.
Coba pandangi langit di pagi hari. Dia begitu tenang merangkul sang fajar terangi hari, biarkan burung berkicau, peringatkan ayam jantan untuk berkokok dan bangunkan semua penghuni bumi agar melakukan aktivitasnya masing-masing. Tengadahkan kepalamu ke atas, pandangi langit dengan tatapan yang menusuk dan bayangkan engkau baru menyaksikan dia menyapamu dan membisikkan kata, 'hari baru telah lahir' di hadapanmu. Engkau coba bayangkan pagi itu sebagai seorang manusia yang memecah kesunyian dunia dengan tangis bahagianya terlahir ke dunia. Manusia dan hari akan sesejuk dan setenang langit di pagi hari itu. Di saat itu, manusia dan hari dipersiapkan dengan kedamaian untuk menghadapi masa depan, seperti yang akan dilalui bumi beberapa waktu ke depan.
Coba pandangi langit di siang hari. Dia begitu ganas dengan mengundang matahari kuatkan sinarnya untuk menyilaukan siapa saja yang memandangnya. Dia memberikan kesan malu, tak ingin di pandangi seperti di pagi hari. Di sini bukan langit yang ingin dipandangi, tetapi langit yang ingin memandangi bagaimana para penghuni bumi berpacu untuk meraih yang terbaik di siang itu. Mungkin sebagian besar dari mereka lupa akan dirinya sendiri akibat kesibukannya masing-masing, dan mungkin mereka tidak sadar bahwa langit sedang memandanginya dengan tatapan yang ganas. Siang hari sebenarnya identik dengan keberadaan manusia yang sedang berada di puncaknya untuk mengejar mimpi dan menjadikannya kenyataan. Kita dipaksa berlari entah demi siapa. Kita dipaksa jatuh dan bangkit dari pengejaran, demi yang namanya bertahan hidup. Entah bagaimana caranya mimpi itu harus terwujud di siang itu.
Dan coba pandangi langit di sore hari. Dia kembali ingin ditatap dan mencoba menghibur para penghuni bumi dengan sisa-sisa tenaga pancaran sinar matahari pada waktu itu. Dia mungkin akan menghiasi diri dengan warna-warni pelangi, warna lembayung surya yang sedang tenggelam dan hamparannya yang bersih tanpa sang awan. Kita ingin dibuat takjub olehnya. Di saat ini kita seharusnya berhenti sejenak berlari, merenungi hasil yang kita peroleh dari apa yang kita usahakan. Entah di saat ini kita bisa tersenyum karena apa yang diimpikan tercapai, atau terdiam, karena impian belum bisa terkejar di hari ini. Namun, walau bagaimanapun hasilnya, kita harus berhenti, dipaksa untuk berhenti, karena di saat inilah batas keterbatasan tercapai. Saat itu pun cahaya mentari pun meredup hingga gelapkan hari pada waktu itu.
Dan coba pandangi langit di malam hari. Dia kembali pancarkan ketenangannya, dengan mengundang ribuan bintang untuk menjejalinya di setiap sudut-sudut malam pada waktu itu. Bahkan sesekali sang rembulan datang meramaikan malam dengan sinar pinjaman dari matahari yang sedang menerangi bagian bumi yang lain. Di waktu ini, dia siap menemani para perenung, para pengagum jagad raya dan orang-orang yang letih beraktivitas di bagian hari sebelumnya. Di saat ini, semua atribut kebanggaan pagi hari dan siang hari harus ditanggalkan dan memaksa kita untuk berkata, 'tak ada yang pantas dibanggakan dalam diri ini', apapun itu. Langit ingin mengenal kita seperti saat kita pertama kali menyapanya di pagi hari, tak memiliki apapun. Dia ingin menyadarkan kita bahwa kita akan kembali seperti pada waktu kita datang pertama kali, tak membawa apa-apa, tapi hanya meninggalkan apa yang pernah atau telah kita kejar, yakni impian dan tak tahu untuk siapa.
Di manapun dan kapanpun, waktu akan tetap berdetak, siklus kehidupan akan tetap menjalankan warna-warninya serta dunia khayal dan dunia nyata hanya akan dibatasi oleh masa kini. Dunia khayal dan dunia nyata hanyalah sebuah fantasi yang bergantung pada bagaimana cara pandang kita terhadap keduanya.
2 comments
hanya bisa berharap bahwa langit tak melupakan beberapa gelintir kepala yang justru baru tergerak saat senja menyapa... Jingga nya senja, justru menjadi suatu ucapan 'selamat datang' untuk mereka, beberapa dari mereka.
Ah... dirimu bisa aja... Aku lupa pada hari di malam hari. Aku lupa pada aktivitas di malam hari. Aku lupa pada mereka yang tidur di siang hari dan beraktivitas di malam hari.
Terima kasih yaaa atas tambahannya... dan dari tanggapanmu aku jadi berpikir bahwa hari itu tidak pernah benar-benar tertidur dalam melayani para pelakonnya beraktivitas... :)
Post a Comment
˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs