Recent Comments
Loading...
Recent Comments

001

22 July 2009

Aku tak punya fotonya, tapi kharismanya begitu tajam melekat dalam benakku ketika melakukan sesuatu yang menuntut kesabaran untuk menyelesaikannya. Aku ingat waktu itu, di suatu malam yang dingin di sekitar puncak sebuah gunung di Jawa Barat, ia berbaur di antara mereka yang sedang mengadu nasib dan menanti pengarahan darinya. Ia tidak menampakkan dirinya sebagai seorang pemimpin yang pantas dihargai dan disegani dari luar. Ia sendiri pun akhirnya mengutarakan alasannya bahwa ia ingin dihargai sebagaimana adanya, karena orang-orang yang berpenampilan mewah dengan mobil mentereng dan pernak-pernik yang menyilaukan mata lainnya adalah orang-orang yang ingin dihargai sebegitu adanya. Aku tidak pernah lupa akan kalimat itu, yang mencerminkan kesederhanaan hidup apa adanya dan tetap tunduk pasrah pada-Nya.

Malam semakin larut, dan ia masih terduduk di hadapan para didikannya menahan dingin yang semakin menusuk. Kata demi kata terucap yang menyiratkan begitu banyak prinsip hidup yang sebenarnya kalau kita tetap berpegang teguh terhadapnya, Insya Allah apapun yang kita hadapi akan kita lewati dengan baik. Ia banyak bercerita tentang pengalaman masa lalunya yang merupakan aib kalau diceritakan seperti katanya, namun semua harus tahu agar tak terjadi lagi. Ia lari dari kenyataan, dari masalah dan kabur ke gunung-gunung dan bercerita padanya. Di sana ia banyak merenung, mencari makna, mencari solusi dan akhirnya semua harus dihadapi dengan lapang dada. Ia pun kembali dan membangun kembali puing-puing sisa kehancuran peradaban hidupnya dan akhirnya bisa berada di malam itu.

Kesan jiwa mudanya masih membara dalam tutur katanya. Sampai sekarang ia masih mendidik mereka-mereka yang mau belajar, bahwa ia telah menyampaikan maksudnya dan terserah orang-orang mau menilai dan mangaplikasikannya seperti apa. Dia tak mengharap balas budi darinya. Ia bercerita bahwa, ia membangun semua ini bukan untuk dirinya, tapi buat mereka-mereka yang tidak pernah punya kesempatan dan peluang serta masih mau belajar. Dan andai buat dirinya sendiri, sudah lama ia akan mempunyai sebuah istana di dalam negeri ini. Ia mengatakan bahwa segalanya adalah titipan dan akan hilang dan kembali pada-Nya, dan tak ada yang pantas untuk dibanggakan dan disombongkan.

Cuma 4 baris kalimat yang tertulis malam itu. Ibarat puisi tanpa penjelasan, namun maknanya begitu meresap dan menancap dalam diri ini untuk terus maju dan tak pernah menyerah dan tentunya tetap berpasrah pada-Nya. Hingga kini semoga semuanya tetap bisa teresapi dalam bertutur, bertingkah, memperlakukan orang lain serta memberikan yang terbaik pada siapapun, di manapun dan kapanpun. Walau masih banyak keluhan tentangmu, tapi senyuman harus tetap merekah dalam tiap napas dan langkah.
Bicaralah yang jelas
Bersikaplah yang tegas
Senyumlah yang ramah
Capailah yang terbaik hari ini

No comments

Post a Comment

˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs