Recent Comments
Loading...
Recent Comments

Apalah Arti Sebuah Nama

21 April 2011


Di saat sedang mengumpulkan dan membaca referensi tentang Kartini untuk membuat suatu tulisan tentang Kartini, aku menemukan sebuah kalimat Kartini dalam suratnya di tahun 1899, "Panggil Aku Kartini saja-itulah namaku!". Lama aku tertegun pada kalimat itu, dan coba membahasakannya dalam pikiran arti dari kalimat itu. Ia yang seorang keturunan ningrat, putri seorang Bupati, ingin dipanggil dengan nama Kartini saja, tanpa kata "Raden Ajeng" yang mana sejak lahir kata Raden Ajeng telah melekat dalam namanya. Kata Raden Ajeng sendiri adalah sebuah gelar buat perempuan yang mengartikan kalau dia itu seorang keturunan bangsawan atau ningrat, dan yang membedakan struktur sosialnya di mata masyarakat.

Walaupun sebenarnya ia berada pada status sosial yang tinggi, tetapi karena ia seorang perempuan, ia sendiri pun tak luput dari pengekangan kehidupan yang pada jamannya sudah menjadi tradisi budaya yang turun-temurun. Ia dipingit saat umur 12 tahun, hidup terpenjara karena tradisi, hidup bagai burung dalam sangkar karena dia seorang perempuan.

Kalau seorang perempuan yang mempunyai status sosial yang tinggi seperti Kartini bisa menjadi korban ketidaksetaraan gender, lalu bagaimana dengan perempuan-perempuan lainnya yang status sosialnya berada di bawahnya. Kita bisa membayangkan sendiri, betapa tidak adilnya dunia ini pada masa itu. Secara umum, berangkat dari kalimat "Panggil Aku Kartini Saja-itulah namaku!", ia ingin tak ada istilah ningrat, bangsawan ataupun jelata dalam hidup ini, karena itu yang menciptakan kesenjangan sosial di antara manusia dan merasa lebih dari satu sama lain. Semua yang tercakup di dalamnya adalah manusia, makhluk yang diciptakan sempurna oleh Sang Pencipta. Laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin, bangsawan atau jelata semuanya punya hak yang sama dalam hidup. Tapi apa yang dialami Kartini adalah kebalikan dari itu semua.

Berbekal kemampuan bahasa Belanda, dan wawasan dari buku, koran dan majalah yang dibacanya, ia mendambakan suatu kondisi seperti yang dibayangkannya tentang kemajuan berpikir perempuan-perempuan Eropa. Ia ingin perempuan Indonesia maju sejajar dengan kaum laki-laki pada saat itu. Ia ingin merombak sistem tradisi yang berlaku pada saat itu. Dan semua pemikirannya ia torehkan dalam surat-surat korespondesinya dengan orang-orang yang ada di Belanda mulai dari kalangan intelektual, guru, feminist, humanist, tokoh politik, pejabat pemerintah Belanda, anggota parlemen Belanda dan lain-lain.

Ia tidak hanya membela pengekangan dirinya sendiri, tetapi secara luas membela pengekangan kaum perempuan pada masa itu. Ia ingin perempuan dan laki-laki berdiri sejajar membuat suatu perubahan ke arah yang lebih baik, tanpa ada perbedaan diantaranya. Ia menyusun idealismenya dalam kalimat "Rasa setiakawan memang tiada terdapat pada masyarakat Inlander, dan sebaliknya yang demikianlah justru yang harus disemaikan, karena tanpa dia kemajuan rakyat seluruhnya tidak mungkin." Pramoedya Ananta Toer di dalam buku "Panggil Aku Kartini Saja" menyebutnya pemikir Indonesia modern pertama pemula sejarah Indonesia modern sekaligus mendahului Bung Karno dan Bung Hatta.

Masa perjuangannya telah berlalu, dan hari kelahirannya diperingati sebagai hari Kartini sebagai tonggak kebangkitan emansipasi kaum perempuan sampai saat ini. Namun adakah cia-citanya telah terwujud sampai sekarang ini di mana perempuan dan laki-laki sejajar dalam melakukan perubahan hidup? Mungkin sudah ada yang bisa menikmati hasil dari perjuangan Kartini, dan mungkin juga ada yang sedang jatuh bangun melakukan perjuangan yang sama seperti yang dilakukan Kartini, dan mungkin juga ada yang tidak sadar sedang dikekang oleh zaman modern ini dan berlaku pasrah karena keadaan.

Kartini menyebutnya rasa kesetiakawanan, dan rasa itu mulai luntur di zaman dimana perubahan melaju kencang seperti sekarang ini. Sekarang yang hadir justru tingkat individualitas yang tinggi, kepentingan golongan ataupun kelompok yang harus didahulukan, dan yang tertinggal selamanya akan tertinggal tanpa ada uluran tangan. Rasa kepedulian yang kebanyakan terdengar saat ini kebanyakan cuma sekedar suara-suara sumbang yang terdengar haus pujian sementara pendengar sendiri tak pernah tahu apa yang terjadi di balik kenyataan yang sesungguhnya. Dan akhirnya semuanya kembali ke pribadi masing-masing, bagaimana mengartikan kesetiakawanan seperti yang dituliskan Kartini, apakah harus disemaikan dalam diri seperti kata beliau tanpa pandang bulu, ataukah harus disemaikan ketika ada kepentingan terselubung dalam diri ini.

"Panggil Aku Kartini Saja-itulah namaku!" seakan-akan menyadarkan kita yang sedang bersenang-senang ataupun berbahagia untuk turut merasakan kondisi yang sedang dialami oleh mereka yang sedang susah. Dengan kalimat itu juga kita dipanggil untuk tetap sadar bahwa kita ini sama dengan manusia lainnya, manusia biasa yang juga butuh untuk membantu dan dibantu, tanpa peduli dengan gelar dan status sosial yang melekat dalam diri kita.

**Tapi Jangan Panggil Saya Kartini Yaaa... Karena Itu Bukan Namaku....** :D

8 comments

Reply Delete

jangan panggil aku kartini..panggil saja aku "kartono" wkwkwkwkkw....bgus ^_6

Reply Delete
Budiman As'ady 21 April, 2011 02:40

Tak perlu nama, atau apapun itu...

yang penting, tetap BEKERJA untuk indONEsia ! ! !

Reply Delete

**Tapi Jangan Panggil Saya Kartini Yaaa... Karena Itu Bukan Namaku....** :D


ya..iyalaaahh pak. sya dan mbak mutie tau klo dirimu itu kartono. wkwkkwkwkwkkw
*kabuuuurr

Reply Delete

wew, ya, tapi kadang nama adalah doa... :)
pernah lihat film yang semmua nama pemerennya 'Piere'? nah kalau semua sama namanya gitu, yang terjadi adalah..... (lihat sendiri aja filmnya... ) wegegegegege......

Reply Delete

Do'a...cukuplah do'a itu diperdengarkan pada-Nya dan kepada mereka yang mau mengamininya.. :)

Mungkin persepsi kita tentang nama di sini beda. Nama yang dimaksud di sini menurutku lebih kepada panggilan yang menyebabkan diri ini lebih merasa wah dibandingkan yang lainnya, walaupun sebenarnya dengan nama-lah kita ini bisa berbeda dalam hal identitas. Tetapi, kalau identitas itu menjadikan kita congkak dan merasa lebih karena sebuah budaya memperlakukannya seperti itu, maka saya lebih baik berucap, apalah arti sebuah nama :)

tentang "Pierre", itu film Perancis yang mirip-mirip Flinstone's gitu bukan???:D wegegegegegeg...

Reply Delete

dan namaku juga bukan kartonoo...... ahhhhh Apalah Arti Sebuah Nama...:)

Reply Delete

cukupkanlah nama agar tetap sekedar nama.. tak perlu pengkultusan... :D

Reply Delete

Gak ada nama kartono di sini...hahahahha

Post a Comment

˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs