Menembus pekat kegelapan bersama lontaran angan. Melayang terombang-ambing di antara hembusan angin. Layaknya awan yang berarak, dengan angkuh ia membawanya terbang. Ia tak menemukan tempat berpijak untuk sesaat kagumi semesta. Ia terpaksa menghadirkannya hanya untuk memuaskan maunya. Taburan bintang-bintang mulai berhamburan hiasi langit. Ia mencoba melangkah ke sana, menembus batas teritori kehidupan. Tetapi, napasnya seketika tercekak ketika langkah pertama terpijak melampaui batas itu. Akhirnya ia pun harus berpuas diri berada di sini, menyaksikan sebuah hamparan semesta pikiran yang menaunginya.
Sisa bentangan cakralawa masih berpendar di ufuk sana. Sebuah lengkungan sempurna menurut tipuan mata manusia. Percikan sinar surya yang terlihat redup masih tergenang di pucuknya. Kilatan cahayanya semburatkan ragam warna seakan meneriakkan gema 'inilah batas malam dan siang'. Tetapi benaknya tak serta-merta menerimanya sebagai sebuah kebenaran, "Cuma karena aku berada di sini, kata-katamu benar adanya". Semua itu hanyalah fatamorgana, tampak tapi tak nyata. Seperti dirinya yang tak nyata, terbingkai dalam sebuah ruang inginnya.Hanya dia yang merasakannya tetapi tak menyaksikannya.
Pandangannya beralih ke bawah menghadirkan hamparan samudera dengan gejolak riaknya. Cuma samudera yang ingin disaksikannya di sana. Permukaannya bergelayut, berusaha menyapa langit yang ketika itu terlelap dalam kegelapan yang mulai beranjak. Ia pikir, usahanya sia-sia, tetapi mereka tak berhenti bergelayut, bahu-membahu bertumbukan dengan ujung permukaan lainnya mencapai titik tertinggi. Ah, selamanya akan seperti itu, walaupun kita terkadang menyaksikannya setenang malam tanpa suara. Pandangan matanya tak memberi ruang untuk menerka liarnya usaha mereka menggapai langit. Hanya saja, mereka tak pernah menyerah melakukannya, bergolak, mencoba lepas dari pijakan seharusnya.
Ia beralih menghadirkan rimba. Ada rimbunan pepohonan bersemayam di sana. Tak terhitung jumlah mereka. Tumbuh liar tak tertata. Inilah sebuah keabstrakan alam menurut matanya. Terkadang daunnya saling berkibasan lahirkan tipuan suara-suara suram. Ah, 'yang tak terlihat tapi terasa' juga sedang bermain di sana. Tak ketinggalan sungai-sungai kecil yang senantiasa alirkan airnya dari hulu ke hilir. Hantaman air pada bebatuan di sekitarnya tak menghentikannya untuk tetap mengalir dengan tenang mencapai tujuan akhirnya, permukaan. Ketenangannya menyatu dengan malam. Para penghuninya tak nampak. Namun, sesekali suara mereka terdengar senandungkan kedamaian, "esok kita bermain lagi".
Matanya kembali terpejam. Mencoba mengurai apa yang dihadirkannya untuk kemudian merasakannya dan menyatu di dalamnya. Cuma sekejap hal itu terasa. Sesaat seketika, alam sadarnya bangunkannya dari sebuah khayalan. Tak ada yang terlihat. Semuanya hitam pekat, gelap gulita, tak bercahaya. Ketika mata terbuka dari pejamannya, aku cuma bisa bergumam, "indah".
Sisa bentangan cakralawa masih berpendar di ufuk sana. Sebuah lengkungan sempurna menurut tipuan mata manusia. Percikan sinar surya yang terlihat redup masih tergenang di pucuknya. Kilatan cahayanya semburatkan ragam warna seakan meneriakkan gema 'inilah batas malam dan siang'. Tetapi benaknya tak serta-merta menerimanya sebagai sebuah kebenaran, "Cuma karena aku berada di sini, kata-katamu benar adanya". Semua itu hanyalah fatamorgana, tampak tapi tak nyata. Seperti dirinya yang tak nyata, terbingkai dalam sebuah ruang inginnya.Hanya dia yang merasakannya tetapi tak menyaksikannya.
Pandangannya beralih ke bawah menghadirkan hamparan samudera dengan gejolak riaknya. Cuma samudera yang ingin disaksikannya di sana. Permukaannya bergelayut, berusaha menyapa langit yang ketika itu terlelap dalam kegelapan yang mulai beranjak. Ia pikir, usahanya sia-sia, tetapi mereka tak berhenti bergelayut, bahu-membahu bertumbukan dengan ujung permukaan lainnya mencapai titik tertinggi. Ah, selamanya akan seperti itu, walaupun kita terkadang menyaksikannya setenang malam tanpa suara. Pandangan matanya tak memberi ruang untuk menerka liarnya usaha mereka menggapai langit. Hanya saja, mereka tak pernah menyerah melakukannya, bergolak, mencoba lepas dari pijakan seharusnya.
Ia beralih menghadirkan rimba. Ada rimbunan pepohonan bersemayam di sana. Tak terhitung jumlah mereka. Tumbuh liar tak tertata. Inilah sebuah keabstrakan alam menurut matanya. Terkadang daunnya saling berkibasan lahirkan tipuan suara-suara suram. Ah, 'yang tak terlihat tapi terasa' juga sedang bermain di sana. Tak ketinggalan sungai-sungai kecil yang senantiasa alirkan airnya dari hulu ke hilir. Hantaman air pada bebatuan di sekitarnya tak menghentikannya untuk tetap mengalir dengan tenang mencapai tujuan akhirnya, permukaan. Ketenangannya menyatu dengan malam. Para penghuninya tak nampak. Namun, sesekali suara mereka terdengar senandungkan kedamaian, "esok kita bermain lagi".
Matanya kembali terpejam. Mencoba mengurai apa yang dihadirkannya untuk kemudian merasakannya dan menyatu di dalamnya. Cuma sekejap hal itu terasa. Sesaat seketika, alam sadarnya bangunkannya dari sebuah khayalan. Tak ada yang terlihat. Semuanya hitam pekat, gelap gulita, tak bercahaya. Ketika mata terbuka dari pejamannya, aku cuma bisa bergumam, "indah".
14 comments
akan selalu indah...
haaaaaaaaaaaaa gak ngerti saya, bahasanya terlalu sastrawi *bentur bentur kepala ke tembok*
tapi saya suka, dengan paduan-paduan katanya. trus satu lagi saya suka komposisi warna, dan gambar diatas.
Hening karaa... suka. titik.
hmm, apalah ini bercerita tentang senja? hmmm, senja itu benar-benar indah, kenapa semu?
hahahaaaaaaaaa sam mah selalu melankolis.
kurang paham terlalu sastra O_O salam kenal ya izin follow blog ya n folback ya
Mas Saaaaaammm...
hahahaa...adakalanya "kebisingan" begitu memusingkan...dan aku membutuhkan sedikit "keheningan"...makanya aku nyari2 roh dr blogmu...:P
Tadinya aku mau komen di postingan terakhir mas sam..tapiiii...hahahaa...aku anti sama nama *itu*...wkwkwkwk...jd aku cari postingan di bawahnya...tak apa ya....:P
Mas....aku ga bisa komen ttg karyamu...udah terlalu indah dan susah diungkapkan soalnyaaa...wkwkwk
aku cuma mau ceritaaa....mas sam muncul dong di "ruang" itu..
ga mau lagi kah? ya sudah..yg penting mas sam tau...bahwa komenku masi sama kayak yg kemarin...
Nick kangen semua suasana yg lama...nick kangen mas sam juga pastinya..sbg salah satu shbat maya terbaik nick..
jadi..di manapun mas sam tertawa sekarang...menulis...juga menangis...satu aja pesanku...^_^
take care, ya kawan...sehat selalu ya...^_^
Persahabatan seperti bintang kan?? ^_^
hiks.. bahasanyaaa.... kepalaku nggak nyampe nih.. ^_^
tapi indahh (bgt)
salam kenal yaa.. minta follback dund hehe
khayalan memang selalu indah....
wkwkwkwk...sampai segitunyaaa bentur2-in kepalaa... padahal ini kan cerita di kala lagi menghayal menghadirkan apa yang saya inginkan....
terima kasih sudah menyukai si HENING ajaib iniii... :D
bukan tentang senja.... cuma berkhayal aja menyaksikan semesta sesaat setelah senja mulai berlalu... :D
namanya juga khayalan, makanya aku bilangnya 'keindahan semu'.. :D
wkwkwkwkkwkw... baru nyadar yaaaaa... tapi bukannya udah sesuai dengan judul blog-nyaaa...tapi kapan-kapanlah aku isi dengan kekacauannn....
jangan bosan mampir yaaaaa... :)
ga ada yang maksa kok untuk paham.. :)
salam kenal juga yaaaa dan ok diizinkan, silahkan di follow... entar difollback kalo udah difollow :D.... kasih kabar yaaa kalo sudah difollow, biar aku follback secepatnya. Dan kalo difollow kasih tau juga yaa kalo jumlah yang memfollow blog-ku bertambah, bukan tetap lohhh jumlahnya... kalo tetap berarti belum difollow dan kalo begitu persetujuan kita batal, dan itu tandanya aku belum akan memfollow blogmu... wkwkwkkwkwkwkwkw ngomong apa sayaaaa hahahahhaha... =))
Speechless... tak tahu harus ngomong apa Nick...:)
namanya juga bahasa khayalan, hanya penulisnya yang tahu..:D
syukur deh kalo indah.. salam kenal juga yaaa... Blog ini udah difollow belum, terus minta follback???
Post a Comment
˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs