Recent Comments
Loading...
Recent Comments

Seorang Manusia

28 April 2012


Pada keseharian kita dalam membahasakan sesuatu, kita tak bisa lepas dari 3 hal utama yakni, Tuhan, alam dan manusia. Ketiga hal ini walaupun sebenarnya adalah sesuatu yang global, namun aku yakin bahwa kita takkan bisa lari dari 3 hal itu dalam membahasakan sesuatu. Merunut ke belakang, tentang apa yang pernah saya tuliskan di sini, rasa-rasanya sisi ‘manusia’ jarang saya bahasakan, dan yang paling banyak saya deskripsikan adalah situasi sekitar saya. Singkatnya aku lebih banyak bercerita tentang alam sekitar. Sedangkan tentang ‘Tuhan’, entah kenapa aku belum berani untuk membahasakannya.  Ada keangkuhan yang terselip ketika mencoba membahasakan tentang-Nya.

Tentang manusia, hidup kita sebagai manusia tentunya banyak dikelilingi oleh manusia. Hidup berdampingan dengannya, berbaur dengannya, berselisih paham dengannya, bahkan ber-konflik dengannya. Kita tak bisa lepas dari hal itu ketika kita mencoba berbicara tentang manusia. Kita mencoba mengenal mereka dengan apa yang kita tawarkan kepada mereka ataupun dengan apa yang mereka tawarkan kepada kita. Layaknya aktivitas memberi dan diberi, interaksi antar manusia dapat terjalin.

Kita berada di tengah-tengah hiruk pikuk mereka, menyatu dengan mereka ataupun menjauh dari mereka hanya untuk  menemukan makna dari hiruk pikuk itu. Setiap kesimpulan tentang mereka pasti suatu saat akan berubah seiring waktu. Satu-satunya yang bisa dijadikan kambing hitam atas perubahan kesimpulan  ini adalah perubahan itu sendiri. Karenanya manusia itu disebut sebagai makhluk yang kompleks. Sedikit berkelakar, makhluk yang tidak jelas menurutku walaupun sudah diklaim sebagai makhluk yang sempurna di antara makhluk-makhluk yang lainnya. Tetapi ungkapan “tak ada manusia yang sempurna” yang sering dijadikan tameng ketika manusia melakukan sebuah kesalahan, mematahkan argumen kalau manusia itu adalah makhluk yang sempurna. Tuh kan, ga jelas peruntungannya. :D

Sawung Jabo pernah berkata bahwa orang yang berani itu bukan orang yang dalam keramaian, berani berteriak lantang mengalahkan volume suara keramaian itu, tetapi orang yang berani itu adalah orang yang ketika sekitarnya terdiam, dia berani berbisik di sekitar keterdiaman itu. Saya tidak ingin membahas tentang orang berani di sini, tetapi saya ingin membahas tentang ia yang bisa membuat suasana ramai menjadi terdiam. Ia yang tidak banyak bicara, tetapi sekali berbicara, ia mampu membungkam orang-orang sekitarnya yang mendengarnya berbicara. Saya tak tahu, apakah orang seperti ini benar-benar menunggu sebuah momen yang tepat untuk mengeluarkan uneg-unegnya atau memang itu adalah sebuah kebiasaan yang sering dilakukannya.

Kejadian seperti ini bukan pertama kalinya saya hadapi. Banyak orang-orang di sekitar saya yang sering berperan seperti manusia yang ini. Dan setelah ia melakukannya, saya cuma bisa bertanya bahwa apakah manusia seperti ini, pikirannya tak berhenti menganalisis sekitar mereka walaupun itu dalam sebuah keramaian. Atau apakah pikiran mereka tak berhenti merangkai kejadian demi kejadian untuk dihubungkannya menjadi sebuah kesimpulan yang suatu saat diungkapkan bisa membuat mereka yang mendengarkannya akan terdiam. Saya menganggap manusia seperti ini adalah manusia yang benar-benar menghargai lisan. Lisan yang dikeluarkannya menurutku begitu berguna, sedangkan yang tak berguna diendapkan di dalam benaknya sendiri. Namun kesimpulanku ini juga tak bisa dianggap benar, karena dalam keseharian berinteraksi dengan mereka, ternyata mereka yang seperti ini bisa dipenuhi canda dan tawa ketika kita sudah bisa mengakrabkan diri dengannya dan yang pastinya sudah bisa dipercaya olehnya. Baginya, mereka yang tidak dipercaya olehnya, jangan harap ia akan berceloteh banyak di depan mereka.

Manusia yang seperti ini juga terkadang membuatku berpikir bahwa ia bisa melihat dan merasakan sesuatu yang tak bisa dilihat dan dirasakan oleh manusia lainnya. Saya berpikiran seperti itu karena logikanya seandainya apa yang diungkapkannya itu terpikirkan oleh orang lain, maka omongannya itu tak akan membuat situasi jadi terdiam, karena orang yang mempunyai pengetahuan tentangnya akan meluncurkan argumen-argumen untuk bisa mencari solusi atau setidaknya menjadi sebuah bahan pembicaraan lebih lanjut ke depannya. Tetapi nyatanya, sehabis itu mereka yang mendengarkannya lebih cenderung dibawa ke arah pembicaraan sesuai dengan alur yang akan dibawakannya saat mereka yang mendengarkannya terdiam.

Manusia yang seperti ini tentunya tak hanya sedikit, tetapi mungkin banyak yang bertebaran di sekitar kita. Namun, aku yakin tak banyak yang bertanya tentangnya, karena aku juga percaya bahwa manusia itu cenderung hidup mengikuti alur yang ditawarkan di hadapannya dimana kenyamanan bersemayam di dalam alur itu tanpa pernah mempertanyakan esensi dari kenyamanannya itu. Tetapi buat apa dipertanyakan juga kalau hal itu sudah bisa membuat kita “bahagia”, bukan? :D

Pemahaman tiap manusia itu berbeda-beda ketika berbicara tentang manusia. Diskusi yang berlarut-larut, debat bahkan debat kusir yang tak melibatkan kusir sekalupun bisa dihadirkan ketika kita mencoba berbicara tentang manusia. Apa yang logis bagi seseorang itu, belum tentu logis bagi orang lain, karena semuanya tergantung dari kualitas dan kapasitas logika masing-masing.

Source Pic: Random Taken From Google

35 comments

Reply Delete

terinspirasi oleh apa sampai kamu nulis ini?

Reply Delete

"Baginya, mereka yang tidak dipercaya olehnya, jangan harap ia akan berceloteh banyak dihadapan mereka" sukak banget bagian ini. Hehe..

Ngomongin tentang manusia emang gak akan ada habisnya. Dan yang paling sering terjadi adalah, saat semuanya sudah mulai stuck, yang ada ujung-ujungnya, kembali pada sang pencipta. Sekalipun kadang saat memulai membicarakan makhluk yang satu ini, sudah tau kemana akhirnya, tapi tetap saja hal ini merupakan bahasan yang menarik.

Mengenai orang yang 'celetukannya' bisa membuat orang lain terdiam, kita --aku dan kamu (kali ini aku sependapat :))) bisa saja menganggap hal itu spesial, tapi bisa jadi menurut dia hal itu merupakan hal biasa. 'berpikir luar biasa merupakan satu bagian dari kebiasaan', begitu mungkin ya... Hahaha

Reply Delete

Karena itulah ada hukum realtivitas...setiap hal [yg sama] akan mempunyai makna yg berbeda karena setiap orang punya stdr dan paradigmanya masing-masing.

Reply Delete

Terinspirasi oleh orang di sekitar saya Mbak...

Reply Delete

Kalo suka, ambil aja ambil.. gratissss :))

aku setuju skali ama yg paragraf kedua ini, malah kalo sudah stuck, ujung2nya berkata, 'jalani aja ah hidup ini, gitu aja kok repot' :d, atau 'gimana kalo obrolan ini ga usah diteruskan?' :)) Dan walaupun begitu, nyatanya kita masih terus melakukannya, mungkin karena keingintahuan kali yg sifatnya manusiawi :d

kalo yg terakhir ini, kira2 nyambung ga, kalo saya bilang 'rumput di halaman tetangga selalu kelihatan lebih hijau daripada rumput di halaman sendiri'?:d tentang manusia yg tidak pernah puas terhadap apa yang ada dalam dirinya. Begitupun dgn 'biasa' dan 'spesial' yang kadang kita tidak temui dalam diri sendiri, tetapi ada pada diri orang lain...

Reply Delete

Wow.. Bisa nyangkut ke relativitas juga ternyata.. Dan aku sepakat dengannya, karena dengan perbedaan pemahaman makna dan paradigma itu, manusia jadi beragam dan tentunya keberagaman ini bisa membuat banyak perbedaan di sekitar kita, yg mengharuskan kita untuk bisa saling berinteraksi sesama manusia..

Reply Delete

manusia yang manusiawi....
analisis yang dalam, pengalaman ya mas..
dan kayaknya hampir begitu
:D

Reply Delete

hmmm..ketika berbicara karakter, maka tak akan berujung karna manusia terlahir unik kak ya...^^

Reply Delete

Kayanya emang manusiawi, karena bukan cuma 1 orang yg bisa begitu, tp banyak.. Yg mungkin belum saya temukan...

Reply Delete

Emang tak berujung, tp kita tak pernah kapok untuk membicarakannya... Ini juga termasuk dalam kategori keunikan manusia...

Reply Delete

Demi masa, manusia itu berada dalam kerugian..! Kecuali manusia yang beriman dan beramal sholeh.. hehe

Reply Delete

manusia memang dikurniakan akal untuk berfikir dan menilai...dan hati untuk saling menyayangi dan punya rasa belas..tapi sayangnya bila manusia-manusia berbeza pendapat mereka sering meletakkan kemarahan dan ego di tempat teratas manakala akal dan hati di letak ditempat paling bawah...

Reply Delete

ahhh manusia, makhluk yang paling rumit di dunia ini
yang penting bisa bahagia ^^

Reply Delete

Hadeuuhh..tumben Mas Sam ngomongin soal manusia...#eh
Apapun itu, semoga kita terlahir dan selalu mencoba untuk menjadi manusia yang berguna, dan bermanfaat...amin...hahahaa :P

Reply Delete

Semoga menuliskan postingan ini bukan termasuk hal yang merugikan... :D

Reply Delete

Justru hal hal yg seperti itu sifatnya manusiawi menurutku salah satunya, tapi di lain pihak sifat ini sebenarnya bisa dikendalikan, tinggal bagaimana mengolahnya saja...

Reply Delete

Rumit karena dipikirkan oleh dirinya sendiri...
Selamat berbahagia kalau begitu... :D

Reply Delete

Ngomongin manusia karena saya manusia :d

semoga... Aamin...

Reply Delete

Sekelumit pemahaman saya,...
Pertama, terus terang, saya juga kurang sepakat dengan ungkapan 'gak ada manusia yg sempurna'. Soalnya, semenjak SD saya sudah diberitahu oleh guru saya, bahwa manusia itu adalah makhluk ciptaan Tuhan paling seksi. Eh, kliru... paling sempurna maksudna :D

Kedua, dalam ilmu kejawen (ilmu Jawa), lidah itu diumpamakan 'prau momot segoro'(perahu memuat samudera). Yg artinya, lidah yg kecil memikul tanggung jawab teramat besar. Maka, sesungguhnya memanglah diharuskan sangat hati-hati dalam menjaga perahu tersebut. Karena, jika sampai bocor sedikit saja mampu membahayakan diri sendiri. Namun sayang, sedikit manusia yg menyadari akan hal itu. Mungkin itulah sebabnya banyak manusia yg kehilangan kemanusiaannya...

Reply Delete

Bener mas, ada orang yang memang akan berceloteh banyak dengan orang yang telah benar-benar dikenalnya, kalau orang yang belum kenal maka kesannya cenderung diam dan tak banyak komentar, talk less do more istilahnya :)

Reply Delete

mungkin maksud sempurna itu, sempurna ketika diciptakan, namun seiring waktu kesempurnaan itu meredup oleh kesalahan2 yang diperbuat, karena manusia memang tempatnya salah dan lupa kan? :D

saya juga sepakat terhadap yang satu ini, karena saya juga yakin kalo banyak yang tidak menydari bahaya dan efek dari lisan ini...

Reply Delete

iya, dari sana kita bisa lihat bahwa betapa pentingnya yang namanya kepercayaan kepada seseorang itu...

Reply Delete

eh sam, aku akan menerbitkan buku ke 3 dan ke 4 dalam waktu dekat ini (Mei InsyaAllah #proses cetak)

*aku jadi ingat pernah ada seseorang yang (katanya) bakal membeli bukuku kalau sudah buku ke 4 =P ueeeee~ hanya sekedar memberi kertas utang ^^

intinya aku lagi narsis =D terima kasih
*kabuuuur

Reply Delete

ooh.. masih ingat dengan kata-kata itu... kasih tau aja kalo udah terbit, Insya Allah akan saya beli...

Reply Delete

idem pak boz. sya paling dak bisa nulis/ membahasakan perihal ketuhanan. tau diri, otoritasnya harga mati.

eh, manusia jenis yg di atas tuw termasuk si yg empunya lapak bukan? hm, tp klo chatting sma sya, asli yg empunya lapak ni rese abis. atau jgn2 sy sudah termasuk org kepercayaan. hahahhah... ngelantur.

tp benar, bicara manusia sllu berbeda tergantung pemahaman dan logika, termasuk faktor pengalaman juga sepertinya. makanya blog punya aye, isinya subjektif smua. secara logikanya cuma smpe segitu. hihihi

Reply Delete

hehehe... saya udah beberapa kali nyoba... tapi kesannya kurang ajar banget gitu sayahnya nge bahas tentang Dia, yang belum tentu benar juga apa yang saya tuliskan...

jiahhhhhh... kok saya dimasukin dalam kategori itu?? walaupun saya ini orangnya kalem dan pendiam, tapi jarang bisa buat orang terdiam untuk mendengarkan saya selanjutnya... kalo chatting sama situ sihh, saya cuma mengimbangi, soalnya yang saya hadapi juga kadang rese nya ga bisa ditoleransi jugaa.. :))

iyaa.. aku sepakat dengan ketergantungan terhadap pemahaman dan logika... dan kadar tiap-tiap orang tentang pemahaman dan logika itu beda-beda tiap manusia... Kalo diri seseorang bilang cuma sampe segitu logika dan pemahamannya, namun mungkin bagi orang lain itu sudah termasuk yang paling wahhh ato 7 tingkat di atas pemahaman dan logikanya menurut orang lain itu... :D

Reply Delete

kamu tau sam? tulisanmu akhir2 ini lebih jujur. kamu mau ngomong lingkaran, ya lingkaran. tidak menulis apa itu diameter, tidak menulis tembereng, tidak menulis kalkulasi volume hanya untuk menjelaskan apa itu lingkaran. selama ini ai cuma pembaca jarak jauh, hanya utk melihat sam yang 'baru'. Nah, bagaimana rasanya? mengeluarkan diri seutuhnya tanpa mencoba terlihat ganda :)

satu kata, kamu berhasil!

Reply Delete

pertama-tama terima kasih atas penilaian seorang Ai atas tulisan ini... entah kenapa aku berpikiran kalau
penilaian kejujuran ini terlalu berlebihan buat saya... Benar kalo sebulan terakhir saya bercerita berdasarkan apa yang saya lihat lebih dulu, bukan apa yang saya rasakan lebih dulu, dan itu menurutku tidak saya samarkan seperti biasa yg selalu saya lakukan seperti kata Ai, menjelaskan apa itu lingkaran tanpa pernah menyebutkan lingkaran itu di dalamnya... Dan saya hanya merasa seperti melakukan sesuatu yg baru, bukan berarti saya bermetamorfosis menjadi 'seorang' yang baru... :) saya sendiri tidak mengerti dengan peran ganda yang Ai maksudkan...:d

berhasil??? saya terlalu angkuh untuk mengakui satu hal ini.. tp kalo Ai menganggapnya seperti itu, saya cuma bisa berterima kasih atas apresiasinya.. dan semoga tidak membuatku surut untuk terus menulis dan menulis... :)

Reply Delete

"Sering terjadi: idenya A, hasilnya B, dan orang lain mengira kita sedang bicara tentang C"

ai baru habis main2 dari sini, sam: http://dhedhi.wordpress.com/2012/04/09/12m/
kalau ada waktu sila ke tkp. secara umum, apa yg ingin ai bilang sama seperti tulisan di atas :D

*sory sam, kebanyakan komen ni

Reply Delete

Ini postingan saya baca dari awal sampai habis mas, mencoba mempelajari setiap kalimat yang coba ditulis. Diriku memang tak sehebat dirimu dalam merangkai kata ataupun menjelaskan kata kedalam kalimat, seperti yang mbak Ummul bilang, Lingkaran ya langsung lingkaran tidak harus menejelaskan diameternya :D, obrolan tentang kehidupan tidak ada habisnya, hal itu saya rasa baru berhenti saat diri sendiri mulai menjadi bahan obrolan baru mereka terdiam karena sudah terlihat dimana kekurangan mereka, tetapi disaat mereka tidak melihat kekurangan sendiri hanya selalu melihat kekurangan orang lain, maka hasilnya dalah obrolan kekurangan tanpa ada solusi untuk menutupi kekurangan tersebut.

Reply Delete

hmm, manusia yang kau sebut diatas, sedikit tidak saya suka sam.. dia pendiam, ketika orang lain sibuk berbicara dia memilih diam.. dan ketika dia bersuara, kadang bahasa yang dia gunakan sedikit menyakiti lawan bicaranya.. mengerti maksud saya?? jangan terlalu pendiam seperti itu, tapi berbaurlah ketika saatnya memang sedang berbaur.. terkadang, dengan saling menyapa dan bersuara, kita akan makin memahami siapa kita dan lingkungan kita.. :)

saaaaaaaaaaaaaaammmmmmmmmmmmmmmmmmmmm...!!! dhe obrak abrik lho ntar postingannya.. dhe udah sembuh dari hiatus, udah update 2x tapi kau masih saja bertahan pada manusia yang sudah kau beri titik di akhir.. update dong.. kangen dengan tulisanmu yang tak biasa.. :((

Reply Delete

Komennya yang ini udah lama baca, tapi kalimat di dalam tanda kutip itu selalu terngiang-ngiang... tanda kalo kalimat itu ngena bangettttt, dan kayanya memang jadi hal lumrah untuk tulisan seperti apa yang sering saya tuliskan... :D

makin banyak komen makin senang sayahnyaa kok... santai ajaa... :))

Reply Delete

terus terang aku ga tau inti dari komentar yang ini... :D

Reply Delete

pendiam seperti yang Dhe bilang kayanya ga gitu-gitu amat deh.. itu mah cacat verbal menurutku... Menurutku juga, bahasa yang dipergunakan juga jarang kok menyakiti lawan bicaranyaa, dan kalaupun pernah, kayanya itu hal lumrah, soalnya pasti semuar orang pernah melakukan hal ini, menyakiti lawan bicaranya dan baru menyadarinya ketika selesai berbicara.. begitukah maksud Dhe?? :D Aku suka dengan komen yang selanjutnya ini, "terkadang dengan saling menyapa dan bersuara, kita akan makin memahami siapa kita dan lingkungan kita.."

wkwkwkwkkww.......yang paragraf kedua ini sepertinya overacting banget dehhh....biasa aja kalee.. kalo mau diobrak abrik silahkaannnnn, dengan senang hati tak ada yang larang..:)) Saya ga hiatus kok, cuma merasa bosan ajaa.. :D Saya juga bukan jenis manusia yang saya vonis di atas, tetapi saya mungkin bisa bertransformasi menjadi manusia di atas.. :D

Update-annya kapan-kapan yaaaa... nikmati yang ada aja duluu...heheh.. :p

Post a Comment

˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs