Recent Comments
Loading...
Recent Comments

Buramnya Sebuah Kebersamaan

02 June 2012

Kita mungkin pernah mengubur sebuah kebersamaan, memburamkannya di dalam serbuk ingatan kita. Aku akan menjawab dengan jujur iya kalau mereka bertanya demikian kepadaku. Berbagai alasan kita kemukakan untuk membenarkan tindakan itu. Kebosanan mungkin salah satunya. Ia lahir karena monotonnya kebersamaan itu berjalan, sedangkan hidup itu butuh perubahan ke arah yang lebih baik. Bukan juga karena kerakusan untuk mengeruk semua ambisi menjadi nyata sehingga membenamkan kebersamaan itu akibat perbedaan jalan yang kita arungi masing-masing.

Aku sadar aku pernah melakukan itu, menjauh dari mereka yang pernah merasakan kebersamaan itu, menempuh jalanku sendiri yang tak pernah mereka tahu. Tetapi aku juga sadar bahwa aku tak pernah menghapus jejak yang pernah terlewati, bahkan ambisi untuk meretas jejak-jejak yang baru masih bersemayam di benak ini dan berharap suatu saat akan nyata.

Kebersamaan yang kita buramkan itu, tanpa sadar membuat kita membangun sebuah wadah kerinduan. Wadah itu suatu saat akan penuh bahkan meluap karena tak bisa menampung kerinduan yang tak terasa kita kumpulkan itu. Luapannya begitu menyiksa sehingga luapan itu harus kita giring pada sebuah pelampiasan.

Kini luapan itu tak terlihat lagi. Namun bukan berarti wadah itu telah kosong. Sisa kerinduan itu masih tertampung dalam wadah itu, dan aku yakin ia tak akan pernah kosong selama putaran waktu masih selaras dengan deru nafas.

Walau tak sedekil dulu kita berkumpul, walau tak sekurang ajar dulu kita bercengkrama, dan walau tak senekad dulu kita bertindak, tetapi seperti adanya kita harus merasa puas tapi tak merasa cukup. Dan aku bersyukur masih bisa merasakan kehangatan yang sama. Kehangatan yang memaksaku untuk kembali mengenang semua yang telah lalu, di sini, di tempat yang aku sebut sebagai rumah kedua.

(090512 - in a place that i called 'HOME')

28 comments

Reply Delete

hmmm ... pada siapakah rindu itu tertuju? :)

Reply Delete

rumah kedua... kangen kampung halamankah?
suka sekali dengan analogi kebersamaan yang menipis seiring dengan wadah rindu yang menebal :)

Reply Delete

hmmm rindunya nyampe ke pembaca kak??rindu siapakah??temen kuliah ya???

Reply Delete

wah CLBK kayannya nih hehe...

Reply Delete

hmmm kak sam kau merindukan tempat itu lagi???masih berniatkah untuk kembali ke sana, aku juga menyimpan rindu dalam sebuah wadah :)

Reply Delete

Apapun namanya itu...rindu tetaplah buncahan rasa yang tersimpan. Ntah ia terlahir dari rasa yang mana, yang pasti waktu lebih sering mengenalkan rindu pada sebuah kebersamaan, meski ia terlebih dahulu bercerita tentang kebosanan..#apadeh :))

Reply Delete

*mau komen panjang-panjang, akhirnya gak jadi*

Boleh tak aku bilang kalo postinganmu kali ini, 'aku bangettt'??? :D
Sudah,.. itu saja.

Reply Delete

setiap langkah semestinya memberi arti.. bahkan setiap desah nafas.. sebab apa yang terjadi begitu nisbi dan dunia menjadi ajang kehidupan yang fana..

rentangkan asa kerinduan untuk berbagi, jangan pernah lengah untuk menyadari corak dan dimensi aktivitas di sekitar kita.. berharap menjadi kenangan yang tidak hanya mencerah diri.. #sory ya! sotoy :D

Reply Delete

Pada kawan-kawan lama, tapi Rindunya sudah terlampiaskan pas nulis postingan ini...:d

Reply Delete

Rumah kedua bagiku adalah t4 yg bisa merasakan suasana rumah kala jauh dari rumah di kampung halaman.... :d

Terima kasih yaaa karena sudah menyukai analogi itu, karena aku juga sukaaaa... :)

Reply Delete

Kalo nyampe, mungkin cuma kebetulan saja... Karena ini tentang kawan-kawan lama yg sudah berpencar entah di mana... :d

Reply Delete

Tebakannya salah mas.... :d

Reply Delete

Gakkk... Untuk sekarang ini saya tidak berpikiran untuk kembali k sana dulu...mungkin suatu saat nanti, tp entah kapan...:d

Sepertinya aku tahu rindu yang kau tampung itu sepertinya... Wadahnya sudah meluapkah???:p

Reply Delete

Bener nick...kata-katamu sepertinya mendapat restu pembenaran dari diriku.... :))

Reply Delete

Syukur akhirnya gak berkomentar panjang. Kalo jd, justru saya yg harus siapkan amunisi untuk membalas komentarnya... :))

Eloooo buangetttt????? Hhmmm.... Bolehhh buuaangeettt :d Apa sih yang nggak buat elo.... =))

Reply Delete

Aku terkagum-kagum membaca komentarnya... Serasa sedang membaca sebuah postingan... :d

Satu yg aku tangkap, jangan terlena dengan permainan yg disuguhkan waktu...rekam semua apa yg kita lalui di benak kita...karena suatu saat kita akan memutar rekaman itu dan bercerita banyak tentangnya serta membandingkannya dengan keadaan kita pada waktu memutarnya... :)

Reply Delete

Tak perlu berkomentar banyak. Buktinya hanya komen segitu sudah berhasil bikin kamu tak berkuti. :))

Asseeekk.. bener yaaaa apa aja buat saya yaa??? Hmmm... siap siap nyatet daftar permintaan.. ?@_@?

Reply Delete

kalo masih ngekos ya masih dapat kembali.. :)

tapi kalo suda berumah sendiri saya tidak tahu..

saya pernah merasakan hal ini selama 4,5 tahun dan berakhir beberapa bulan yang silam.. :)

Reply Delete

duh, kek. lama tak mampir disini. syapun mendadak rindu.
gubraaaaakkkkk. hahhahaha

Reply Delete

salah sayu temanku bilang gini, "rindu adalah suatu rasa yang, entahh..."
ai setuju sih, karena kan rindu bisa beda-beda maknanya, sesuai sikon maksudnya :)

Reply Delete

masuk akal juga sih, kalo sudah berkeluarga, kayanya semuanya udah punya prioritas masing-masing.... :)

Reply Delete

Aku juga rindu padamu.... :D

Reply Delete

Wow... ada juga yang kena sasaran... :D

Reply Delete

"rasa yang entah..." yaaa... sepertinya saya sepakat ama yang satu ini, entah apaa.. dan maknanya selalu beda bukan cuma tergantung sikon-nya, tetapi tergantung mereka yang merasakannya juga... :)

Reply Delete

Asal dirimu senang ajaaaaa, bagiku gak apa-apa kokkk... :D

iyaaaaa.... apa aja buat kamu dehhh.... ehh.. permintaannya dicatat ajaa yaaaa, dan gak usah dikasih ke sayaaa... :))

Post a Comment

˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs