Kita mungkin pernah mengubur sebuah kebersamaan, memburamkannya di dalam serbuk ingatan kita. Aku akan menjawab dengan jujur iya kalau mereka bertanya demikian kepadaku. Berbagai alasan kita kemukakan untuk membenarkan tindakan itu. Kebosanan mungkin salah satunya. Ia lahir karena monotonnya kebersamaan itu berjalan, sedangkan hidup itu butuh perubahan ke arah yang lebih baik. Bukan juga karena kerakusan untuk mengeruk semua ambisi menjadi nyata sehingga membenamkan kebersamaan itu akibat perbedaan jalan yang kita arungi masing-masing.
Aku sadar aku pernah melakukan itu, menjauh dari mereka yang pernah merasakan kebersamaan itu, menempuh jalanku sendiri yang tak pernah mereka tahu. Tetapi aku juga sadar bahwa aku tak pernah menghapus jejak yang pernah terlewati, bahkan ambisi untuk meretas jejak-jejak yang baru masih bersemayam di benak ini dan berharap suatu saat akan nyata.
Kebersamaan yang kita buramkan itu, tanpa sadar membuat kita membangun sebuah wadah kerinduan. Wadah itu suatu saat akan penuh bahkan meluap karena tak bisa menampung kerinduan yang tak terasa kita kumpulkan itu. Luapannya begitu menyiksa sehingga luapan itu harus kita giring pada sebuah pelampiasan.
Kini luapan itu tak terlihat lagi. Namun bukan berarti wadah itu telah kosong. Sisa kerinduan itu masih tertampung dalam wadah itu, dan aku yakin ia tak akan pernah kosong selama putaran waktu masih selaras dengan deru nafas.
Walau tak sedekil dulu kita berkumpul, walau tak sekurang ajar dulu kita bercengkrama, dan walau tak senekad dulu kita bertindak, tetapi seperti adanya kita harus merasa puas tapi tak merasa cukup. Dan aku bersyukur masih bisa merasakan kehangatan yang sama. Kehangatan yang memaksaku untuk kembali mengenang semua yang telah lalu, di sini, di tempat yang aku sebut sebagai rumah kedua.
Aku sadar aku pernah melakukan itu, menjauh dari mereka yang pernah merasakan kebersamaan itu, menempuh jalanku sendiri yang tak pernah mereka tahu. Tetapi aku juga sadar bahwa aku tak pernah menghapus jejak yang pernah terlewati, bahkan ambisi untuk meretas jejak-jejak yang baru masih bersemayam di benak ini dan berharap suatu saat akan nyata.
Kebersamaan yang kita buramkan itu, tanpa sadar membuat kita membangun sebuah wadah kerinduan. Wadah itu suatu saat akan penuh bahkan meluap karena tak bisa menampung kerinduan yang tak terasa kita kumpulkan itu. Luapannya begitu menyiksa sehingga luapan itu harus kita giring pada sebuah pelampiasan.
Kini luapan itu tak terlihat lagi. Namun bukan berarti wadah itu telah kosong. Sisa kerinduan itu masih tertampung dalam wadah itu, dan aku yakin ia tak akan pernah kosong selama putaran waktu masih selaras dengan deru nafas.
Walau tak sedekil dulu kita berkumpul, walau tak sekurang ajar dulu kita bercengkrama, dan walau tak senekad dulu kita bertindak, tetapi seperti adanya kita harus merasa puas tapi tak merasa cukup. Dan aku bersyukur masih bisa merasakan kehangatan yang sama. Kehangatan yang memaksaku untuk kembali mengenang semua yang telah lalu, di sini, di tempat yang aku sebut sebagai rumah kedua.
(090512 - in a place that i called 'HOME')
27 comments
hmmm ... pada siapakah rindu itu tertuju? :)
rumah kedua... kangen kampung halamankah?
suka sekali dengan analogi kebersamaan yang menipis seiring dengan wadah rindu yang menebal :)
hmmm rindunya nyampe ke pembaca kak??rindu siapakah??temen kuliah ya???
wah CLBK kayannya nih hehe...
hmmm kak sam kau merindukan tempat itu lagi???masih berniatkah untuk kembali ke sana, aku juga menyimpan rindu dalam sebuah wadah :)
Apapun namanya itu...rindu tetaplah buncahan rasa yang tersimpan. Ntah ia terlahir dari rasa yang mana, yang pasti waktu lebih sering mengenalkan rindu pada sebuah kebersamaan, meski ia terlebih dahulu bercerita tentang kebosanan..#apadeh :))
*mau komen panjang-panjang, akhirnya gak jadi*
Boleh tak aku bilang kalo postinganmu kali ini, 'aku bangettt'??? :D
Sudah,.. itu saja.
setiap langkah semestinya memberi arti.. bahkan setiap desah nafas.. sebab apa yang terjadi begitu nisbi dan dunia menjadi ajang kehidupan yang fana..
rentangkan asa kerinduan untuk berbagi, jangan pernah lengah untuk menyadari corak dan dimensi aktivitas di sekitar kita.. berharap menjadi kenangan yang tidak hanya mencerah diri.. #sory ya! sotoy :D
Pada kawan-kawan lama, tapi Rindunya sudah terlampiaskan pas nulis postingan ini...:d
Rumah kedua bagiku adalah t4 yg bisa merasakan suasana rumah kala jauh dari rumah di kampung halaman.... :d
Terima kasih yaaa karena sudah menyukai analogi itu, karena aku juga sukaaaa... :)
Kalo nyampe, mungkin cuma kebetulan saja... Karena ini tentang kawan-kawan lama yg sudah berpencar entah di mana... :d
Tebakannya salah mas.... :d
Gakkk... Untuk sekarang ini saya tidak berpikiran untuk kembali k sana dulu...mungkin suatu saat nanti, tp entah kapan...:d
Sepertinya aku tahu rindu yang kau tampung itu sepertinya... Wadahnya sudah meluapkah???:p
Bener nick...kata-katamu sepertinya mendapat restu pembenaran dari diriku.... :))
Syukur akhirnya gak berkomentar panjang. Kalo jd, justru saya yg harus siapkan amunisi untuk membalas komentarnya... :))
Eloooo buangetttt????? Hhmmm.... Bolehhh buuaangeettt :d Apa sih yang nggak buat elo.... =))
Aku terkagum-kagum membaca komentarnya... Serasa sedang membaca sebuah postingan... :d
Satu yg aku tangkap, jangan terlena dengan permainan yg disuguhkan waktu...rekam semua apa yg kita lalui di benak kita...karena suatu saat kita akan memutar rekaman itu dan bercerita banyak tentangnya serta membandingkannya dengan keadaan kita pada waktu memutarnya... :)
Tak perlu berkomentar banyak. Buktinya hanya komen segitu sudah berhasil bikin kamu tak berkuti. :))
Asseeekk.. bener yaaaa apa aja buat saya yaa??? Hmmm... siap siap nyatet daftar permintaan.. ?@_@?
kalo masih ngekos ya masih dapat kembali.. :)
tapi kalo suda berumah sendiri saya tidak tahu..
saya pernah merasakan hal ini selama 4,5 tahun dan berakhir beberapa bulan yang silam.. :)
duh, kek. lama tak mampir disini. syapun mendadak rindu.
gubraaaaakkkkk. hahhahaha
ngena gue banget nih
salah sayu temanku bilang gini, "rindu adalah suatu rasa yang, entahh..."
ai setuju sih, karena kan rindu bisa beda-beda maknanya, sesuai sikon maksudnya :)
masuk akal juga sih, kalo sudah berkeluarga, kayanya semuanya udah punya prioritas masing-masing.... :)
Aku juga rindu padamu.... :D
Wow... ada juga yang kena sasaran... :D
"rasa yang entah..." yaaa... sepertinya saya sepakat ama yang satu ini, entah apaa.. dan maknanya selalu beda bukan cuma tergantung sikon-nya, tetapi tergantung mereka yang merasakannya juga... :)
Salam...
Asal dirimu senang ajaaaaa, bagiku gak apa-apa kokkk... :D
iyaaaaa.... apa aja buat kamu dehhh.... ehh.. permintaannya dicatat ajaa yaaaa, dan gak usah dikasih ke sayaaa... :))
Post a Comment
˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs