Berawal dari sebuah obrolan, ingatanku dipaksa melayang kembali ke tempat itu. Bukan hanya satu orang yang berhasil membawa ingatanku kembali ke sana, tapi ada beberapa teman yang terus memaksaku untuk menghadirkannya kembali dalam ingatan ini. Dan lucunya, hal itu boleh saya bilang terjadi dalam rentang hari yang tak begitu jauh, cuma berselang beberapa hari. Tempat yang sampai sekarang masih belum ada tandingan keindahannya dari tempat-tempat yang pernah aku datangi. Orang pertama yang mengingatkanku adalah dia yang saya juluki master petualangan. Walaupun baru pertama kali bertemu dengannya, tetapi sapaannya pada sebuah foto yang aku pajang di facebook tak pernah bisa menghilangkan jejak waktu dan tempat di mana pernah bertemu dengannya sebelumnya, di tempat favorit sahabatnya.
Umurnya baru bertambah setahun 2 hari yang lalu. Usianya sudah menginjak kepala tujuh, dan tak lagi bisa dikatakan muda dari segi umur, tetapi sampai sekarang ia masih melakoni dunia kepetualangan. Tempat itu sangat bersejarah baginya, karena tempat itu mengingatkan pada seorang sahabatnya yang puluhan tahun silam menghembuskan nafas terakhirnya di sana. Tentang sahabatnya itu, aku hanya bisa mengenal karyanya. Karya seorang idealis, yang dengan pikirannya ia selalu bergerak maju, lurus menerobos segala rintangan dan halangan yang merintanginya. Tak peduli dengan pengucilan dan pengasingan yang dilakukan orang-orang di sekitarnya, ia justru tetap maju dan tak berhenti mewujudkan mimpi-mimpinya. Tempat itu merangkulnya bersama satu sahabatnya yang lain untuk selama-lamanya, ketika ia merasa tak ada yang mengerti tentang apa yang dipikirkannya. Ia tak mungkin bisa dipisahkan dari sahabatnya dan dari tempat itu. Tempat itu bagiku sudah menyatu dengan diri mereka. Aku bisa melihat wajahnya dari sosok yang menyapaku itu. Ia juga begitu keras dan berprinsip, namun tak sekeras prinsip sahabatnya itu.
Selang beberapa hari kemudian, ada yang mempertanyakan nama tempat sebuah foto yang aku pasang di salah satu postinganku. Pertanyaan itu berkelebat menghiasi pikiranku, tentang salah satu perjalanan terbaik dalam hidupku yang tak bisa aku lupakan sama sekali. Perjalanan yang terasa sangat melelahkan untuk ditempuh. Perjalanan yang membuatku tersadar bahwa sebuah perjalanan jangan hanya dikenang sebagai sebuah perjalanan saja. Ada yang harus diambil di sana sebagai satu pelajaran dalam mengarungi langkah-langkah hidup selanjutnya. Ketika kita melewati sebuah hari dengan kesulitan-kesulitan yang selalu membuat semangat kita menciut untuk menyelesaikannya, kita akan mengingatnya dan menghibur diri dengan kalimat bahwa kita pernah merasakan kondisi yang lebih susah dari yang ini. Kondisi yang membuat kita berada di antara hidup dan mati, kondisi yang membuat kita susah untuk bernapas lagi. Tapi kita berusaha mengalahkan semuanya dan melewatinya. Dan ketika semua itu terlewati, tempat itu bisa menghibur diri kita dengan keindahan alamnya, yang tak semua orang bisa merasakannya.
Ada sebuah danau di sana. Sebuah danau yang menjadi tempat persinggahan sebelum melangkah ke tempat selanjutnya yang penuh dengan tantangan yang lebih berat dari tantangan sebelum mencapai danau itu. Danau itu sering menjadi tempat peristirahatan sekembali dari titik akhir perjalanan, hanya untuk memulihkan kondisi fisik yang terkuras. Danau ini dikelilingi oleh padang rumput. Dari ketinggian tertentu sebelum mencapai danau itu, padang rumput ini terlihat tertata rapi seolah belum pernah terjamah sama sekali. Di tempat ini, ketika malam tiba, kita selalu disambut oleh bekunya udara malam yang menusuk tulang. Berlapis-lapis pakaian tebal yang kukenakan tak menyurutkan tubuhku untuk tetap menggigil menyatu dengan bekunya udara malam. Namun, semua itu bisa terobati ketika berada di sana saat malam lagi bertabur bintang dan saat angin tak berhembus kencang, apalagi ditambah dengan terangnya sebuah api unggun yang tak cuma menerangi, tetapi menghangatkan. Lain halnya saat fajar menjelang, ketika pagi tak berselimut kabut, kita bisa menyaksikan matahari terbit dari celah-celah perpotongan 2 lembah di depannya, di tempat di mana kita mendirikan tenda.
Sebenarnya, tak hanya pesona danau itu yang bisa membuat kita terlena. Masih ada beberapa bagian daerah lain sekitarnya yang bisa membuat kita lebih bisa bercerita lebih banyak lagi. Tentang sebuah tanjakan di balik danau itu ketika ingin melanjutkan perjalanan, tentang suasana ketika memasuki daerah yang berpohon, tentang bekas lahar panas yang membeku, tentang jurang-jurang yang menganga di sekitar jalan setapak yang dilalui dan tentang tanjakan berpasir menuju titik akhir tujuan perjalanan. Mungkin di tengah perjalanan ada keluhan dan umpatan yang keluar ketika melakoni perjalanan ini. Tetapi, semua usaha dan keringat terbayar dengan panorama yang ditawarkan titik akhir itu. Hampir sebagian orang memilih bungkam ketika berada di sana, melupakan semua keluhan dan umpatan yang dikeluarkan di tengah perjalanan.
Tetapi, dari semua bagian tempat itu, bagiku danau itu lebih memberikan kedamaian dan ketenangan yang lebih dari bagian tempat yang lainnya. Ada kesempurnaan alam di sana yang sesuai dengan keinginanku, satu kreasi maha karya dari Sang Pencipta. Mungkin ada bagian alam di daerah lain yang melebihi keindahan tempat itu, tetapi sampai sekarang aku masih berpendapat bahwa tempat itu masih tak ada tandingan keindahannya dari semua tempat yang pernah aku datangi. Dan, aku masih berpikir untuk bisa ke sana untuk yang ke 3 kalinya. Kapan?? Entahlah.....
Umurnya baru bertambah setahun 2 hari yang lalu. Usianya sudah menginjak kepala tujuh, dan tak lagi bisa dikatakan muda dari segi umur, tetapi sampai sekarang ia masih melakoni dunia kepetualangan. Tempat itu sangat bersejarah baginya, karena tempat itu mengingatkan pada seorang sahabatnya yang puluhan tahun silam menghembuskan nafas terakhirnya di sana. Tentang sahabatnya itu, aku hanya bisa mengenal karyanya. Karya seorang idealis, yang dengan pikirannya ia selalu bergerak maju, lurus menerobos segala rintangan dan halangan yang merintanginya. Tak peduli dengan pengucilan dan pengasingan yang dilakukan orang-orang di sekitarnya, ia justru tetap maju dan tak berhenti mewujudkan mimpi-mimpinya. Tempat itu merangkulnya bersama satu sahabatnya yang lain untuk selama-lamanya, ketika ia merasa tak ada yang mengerti tentang apa yang dipikirkannya. Ia tak mungkin bisa dipisahkan dari sahabatnya dan dari tempat itu. Tempat itu bagiku sudah menyatu dengan diri mereka. Aku bisa melihat wajahnya dari sosok yang menyapaku itu. Ia juga begitu keras dan berprinsip, namun tak sekeras prinsip sahabatnya itu.
Selang beberapa hari kemudian, ada yang mempertanyakan nama tempat sebuah foto yang aku pasang di salah satu postinganku. Pertanyaan itu berkelebat menghiasi pikiranku, tentang salah satu perjalanan terbaik dalam hidupku yang tak bisa aku lupakan sama sekali. Perjalanan yang terasa sangat melelahkan untuk ditempuh. Perjalanan yang membuatku tersadar bahwa sebuah perjalanan jangan hanya dikenang sebagai sebuah perjalanan saja. Ada yang harus diambil di sana sebagai satu pelajaran dalam mengarungi langkah-langkah hidup selanjutnya. Ketika kita melewati sebuah hari dengan kesulitan-kesulitan yang selalu membuat semangat kita menciut untuk menyelesaikannya, kita akan mengingatnya dan menghibur diri dengan kalimat bahwa kita pernah merasakan kondisi yang lebih susah dari yang ini. Kondisi yang membuat kita berada di antara hidup dan mati, kondisi yang membuat kita susah untuk bernapas lagi. Tapi kita berusaha mengalahkan semuanya dan melewatinya. Dan ketika semua itu terlewati, tempat itu bisa menghibur diri kita dengan keindahan alamnya, yang tak semua orang bisa merasakannya.
Ada sebuah danau di sana. Sebuah danau yang menjadi tempat persinggahan sebelum melangkah ke tempat selanjutnya yang penuh dengan tantangan yang lebih berat dari tantangan sebelum mencapai danau itu. Danau itu sering menjadi tempat peristirahatan sekembali dari titik akhir perjalanan, hanya untuk memulihkan kondisi fisik yang terkuras. Danau ini dikelilingi oleh padang rumput. Dari ketinggian tertentu sebelum mencapai danau itu, padang rumput ini terlihat tertata rapi seolah belum pernah terjamah sama sekali. Di tempat ini, ketika malam tiba, kita selalu disambut oleh bekunya udara malam yang menusuk tulang. Berlapis-lapis pakaian tebal yang kukenakan tak menyurutkan tubuhku untuk tetap menggigil menyatu dengan bekunya udara malam. Namun, semua itu bisa terobati ketika berada di sana saat malam lagi bertabur bintang dan saat angin tak berhembus kencang, apalagi ditambah dengan terangnya sebuah api unggun yang tak cuma menerangi, tetapi menghangatkan. Lain halnya saat fajar menjelang, ketika pagi tak berselimut kabut, kita bisa menyaksikan matahari terbit dari celah-celah perpotongan 2 lembah di depannya, di tempat di mana kita mendirikan tenda.
Sebenarnya, tak hanya pesona danau itu yang bisa membuat kita terlena. Masih ada beberapa bagian daerah lain sekitarnya yang bisa membuat kita lebih bisa bercerita lebih banyak lagi. Tentang sebuah tanjakan di balik danau itu ketika ingin melanjutkan perjalanan, tentang suasana ketika memasuki daerah yang berpohon, tentang bekas lahar panas yang membeku, tentang jurang-jurang yang menganga di sekitar jalan setapak yang dilalui dan tentang tanjakan berpasir menuju titik akhir tujuan perjalanan. Mungkin di tengah perjalanan ada keluhan dan umpatan yang keluar ketika melakoni perjalanan ini. Tetapi, semua usaha dan keringat terbayar dengan panorama yang ditawarkan titik akhir itu. Hampir sebagian orang memilih bungkam ketika berada di sana, melupakan semua keluhan dan umpatan yang dikeluarkan di tengah perjalanan.
Tetapi, dari semua bagian tempat itu, bagiku danau itu lebih memberikan kedamaian dan ketenangan yang lebih dari bagian tempat yang lainnya. Ada kesempurnaan alam di sana yang sesuai dengan keinginanku, satu kreasi maha karya dari Sang Pencipta. Mungkin ada bagian alam di daerah lain yang melebihi keindahan tempat itu, tetapi sampai sekarang aku masih berpendapat bahwa tempat itu masih tak ada tandingan keindahannya dari semua tempat yang pernah aku datangi. Dan, aku masih berpikir untuk bisa ke sana untuk yang ke 3 kalinya. Kapan?? Entahlah.....
18 comments
ada rencana habis lebaran mau kesana lagi insyaAllah,. ikutan?? ahh,. kamu sudah yang ketiga. kalau besok jadi, aku baru yang kedua :(
tempat yang paling aku suka disana, saat pertama kali ranu kumbolo terlihat seperti genangan kabut yang melayang diantara rimbunan pohon. saat jalan setapak mulai mendatar, bahkan cenderung menurun, saat aku tidak bisa menahan langkahku untuk segera berlari menyongsongnya, hingga hamparan danau itu terlihat jelas dimataku, serta beberapa edelweis berwarna ungu yang ada di lerengnya,..
postingan ini bikin aku kembali ke masa-masa ituuuu :(
hwuaaa...ranu kumbolo!!
pengeeeeenn >__<
betul banget. gak bakal bisa berhenti ngomongin kenangan tentang tempat itu,.. :)
ranu kumboloooooo...
omigoooot.. ini mimpi terselubungku yg dak pernah kesampaian. :((
wah aku juga penasaran..baru dengar nama danau nya??aku juga pingn ikut donkkkkkkkkkkkk....daera mana ya??apa lagi kalau bisa melihat bintang
mungkin lebih karena perjalanannya. gak pernah terlupa sedikitpun tiap perjalanan yang pernah dilalui. bukan juga karena tidak ada tempat yang lebih bangus, karena 'everything has their own beauty',..
tapi ya itu tadi, ada makna di tiap perjalanan. bahkan di tempat yang sama, teman yang sama, namun waktu yang berbeda, maka akan ada cerita yang berbeda pula.
heiyyy,. jangan banyak promosiii,. ini aja aku belum tentu ikutt -___-" *pengen banget sebenernya. tapi entahlahh
wakakkakakakakkkk...
of course i am. tau aja ente sam. hahhahah..
sya jatuh cinta sama ranu kumbolo, ranu pane dkk.
bukan cuma karena gie, donny si 5 cm juga bikin sya merem melek mo kesana. hahahhahahha
jdi nyesal, kenapa pas masih di tanah jawa sana sya tidak pernah panas2in kawan buat main kesitu. T.T
yaah, blm ad rencana k pulau jawa dlm waktu dekat ini. masih harus menjaga sulawesi sampai akhir tahun ini :(
*komentar saya paling gak nyambung!
ranu kumbolo? dimana itu?
Tahun ini ga bisa ke mana-mana sayahnya, mungkin tahun depan baru bisa merencakana perjalanan ke sana lagi... kalo ke sana titip salam saja sama Ranu Kumbolo-nya :D .... Aku baru sadar pas liat album lagi kalo kabut juga melayang dan merayap di atas danaunya juga sebelum matahari betul-betul muncul di pagi hari, terlebih juga di daerah sebelum mencapai Ranupane juga ada, kabutnya merayap dari arah Bromo.... aahhhhhh...... ga ada habisnya kalo mau bercerita tentang tempat ituuuuu.......***Panjang yaa balasannya**** :D
berambisi ke sanaaaa??? :D tuhhh.... si Armae mau ke sana habis lebaran, dijamin ga bakal nyesal kalo ke sana.. :D
iya... kenapa yaa??? mungkin karena belum bertemu tempat yang lebih bagus dari tempat ituuu :) Makanya aku pengen ke sana lagi kapan-kapan :D
hahhh.... ada mimpi terpendam mau ke sana jugaa??? kayanya ada hubungannya sama Gie nih :D
adanya di Jawa Timur. Tuh, si Armae pengen ke sana dalam waktu dekatt.... nebeng dia ajaa....dijaminn puassssssss...:))
wow.. "Everything has their own beauty'..Senang sama kalimat ituuu, terima kasih yaaa... Maaf yaaa kalo aku terlalu banyak berpromosi heheheh...:D
wkwkwkw...ya taulah diruku.., seorang maniak kaya dirimu kalo belum ke sana pasti kesengsem...wkwkwkkwk *Mulai Sok tau**..:))
Oh begituu...semoga bisa ke sana juga...:)
Ranu kumbolo adalah nama sebuah danau di gunung Semeru di Jawa Timur.. :)
Post a Comment
˙˙˙buıɥʇǝɯos ʎɐs